Kamis, 05 Februari 2015

Selamat Jalan,sahabatku (Cerpen mading demangan news edisi 18)


Selamat Jalan,sahabatku
                         By: Imael Fawwaz Iqnasiyah


                Seperti biasanya, setiap tanggal 14 Februari, aku selalu membagikan coklat kepada orang-orang terdekatku. Bukan karena hari ini Hari Valentine yang seperti orang-orang bilang, tapi karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Hari ini aku tepat berusia 15 tahun, Banyak yang bilang, aku beruntung karena hari ulang tahunku  bertepatan dengan Hari Valentine, tapi menurutku biasa aja... Aku percaya gak percaya sama yang namanya Valentine. Ada yang bilang hari kasih saying lah….!, hari penuh cinta lah….! Kasih saying, kan bisa  dikasih kapan aja! Tidak harus Hari Valentine, kan?? Hari ini aku berangkat ke sekolah dengan senyum di bibirku.               
Rasanya hari ini aku sangat bahagia. Aku tidak sabar bertemu dengan sahabatku, Rara. Sesampaiku di sekolah, aku segera berlari ke kelas  Rara.  “ Permisi... Rara ada?”, tanyaku pada teman-teman Rara yang sebagian  besar tidak kukenal.  “ Rara belum datang, Lia...”, jawab seorang perempuan berambut panjang. “ Ya sudah, deh! Kalau Rara sudah datang, suruh ke kelas gw, ya!.  Makasih!”, ujarku. Aku kembali ke kelasku dengan perasaan kecewa. Biasanya Rara sangat rajin datang pagi. Kok hari ini tidak, ya? Ya sudah, deh! Kasih
cokelatnya nanti saja. Aku menunggu Rara sampai jam istirahat, tapi dia tidak juga datang ke kelasku. Aku kembali ke kelas Rara. “ Rara ada?”, tanyaku. “ Rara hari ini gak masuk, gak tahu kenapa...”, jawab teman Rara. “ Oh... Makasih, ya!”, ucapku sambil meninggalkan kelas Rara. Rara tidak masuk... kenapa, ya? Perasaanku tidak enak! Mungkin dia sakit. Aku akan ke rumahnya pulang sekolah nanti. Saat bel pulang sekolah berbunyi, aku segera berlari keluar sekolah untuk menuju rumah Rara. Memang, rumah Rara cukup jauh, harus beberapa kali naik kendaraan tapi aku merasa bahwa aku harus ke rumahnya hari ini. Rasanya hari ulang  tahunku tidak lengkap tanpa
senyum dari sahabatku itu. Tidak jauh dari rumah Rara, aku melihat ada bendera kuning. Siapa yang meninggal? Rasanya bendera itu masih baru. Perasaanku menjadi sangat tidak enak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Rara dan keluarganya.
                 Di rumah Rara banyak orang-orang berkumpul. Rasanya saat itu juga aku merasa detak jantungku berhenti seketika. Aku segera masuk dan melihat ada apa. Di ruang keluarga rumah Rara kulihat Rara dengan wajah pucat terbaring di sana. “ Rara!!! Tidak!!!”, jeritku. Air mataku sudah tidak terbendung lagi. Segera kuhampiri Rara dan berusaha membangunkannya. “ Ra, bangun, Ra…! Lo bercanda, kan…? Lo cuma main-main, kan…? Bangun,  Ra…! Ini hari ulang tahun gw…! Lo janji mau jalan bareng…! Lo janji  mau nyanyi happy birthday buat gw…! Bangun, Ra…! Gw mohon buka mata lo...”, jeritku sambil menangis.
             Aku tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang terhadapku. Yang kuinginkan saat ini adalah Rara bangun dan tersenyum kepadaku. Orang tua Rara berusaha membawaku untuk masuk ke kamar Rara. Mereka  memberiku segelas air hangat. Setelah aku sudah cukup tenang, mereka mulai berbicara.
 “ Rara... tertabrak mobil tadi pagi saat akan berangkat ke sekolah.”, ucap ibu Rara padaku dengan isakkan tangis. “ Tadi pagi dia sangat berbeda dari biasanya. Dia bilang hari ini dia sangat senang karena hari ini kamu ulang tahun, Lia.”, lanjutnya. “ Hanya ini yang tertinggal di tempat dia kecelakaan, sepertinya ini untukmu, Lia.”, ucap ayah Rara sambil memberikan sebuah paper bag kepadaku. Paper bag itu terkena sedikit cipratan darah dan di situ tertulis:
“ Untuk sahabatku tersayang, Aulia Amanda”
             Segera kulihat isi paper bag itu, ternyata isinya sebuah kotak music yang selama ini kuinginkan. Kubuka kotak musik itu dan terdengar sebuah lagu, di dalamnya terdapat sebuah kartu yang bertuliskan: “ Happy Birthday my best friend! Semoga panjang umur, tambah cantik, tambah baik dan tetap jadi sahabat terbaik gw! Gw harap kita bisa terus bersahabat, ya!!”
                                                                                                 
                                               From your best friend, Narindra.

                Setelah membaca kartu itu, aku hanya bisa menangis. Aku akan terus menyimpan kado terakhir darinya ini. Akan kujadikan Rara sebagai kenangan terindah yang pernah kumiliki. Tanggal 14 Februari, Hari Valentine, Hari Ulang Tahunku, adalah hari yang paling menyedihkan untukku.

                            **THE END**

   

0 komentar:

Posting Komentar