Jumat, 20 Februari 2015

kebahagiaan di atas kesedihan (cerepn mading Demangan news Edisi 36)

kebahagiaan di atas kesedihan

     Kusapa matahari penuh cahaya, ku terjang besarnya ombak yang melambai-lambai dan menari-nari. Segarnya pagi hari membuatku ingin berlari mengejar sejuta angan, Saat ku lihat kebahagiaan orang lain, ternyata tak beda jauh dengan kebahagiaan yang tengah kurasa, Dan ku melihat kesedihan orang lain, itu pun tak beda jauh dengan kesedihanku. Detik-detik kedewasaanku mulai terlihat, akal sehat dan pikiranku pun mulai jernih. Pagi hilang diganti siang, siang berganti sore, sore pun berjalan menuju malam. Aku adalah seorang gadis kecil yang tinggal di sebuah pemukiman di perkotaan. Namaku adalah Indah novia sari, aku di lahirkan di Bangkalan dan berdarah asli Madura.
      Setalah aku di lahirkan di Bangkalan, beberapa hari setelah empat puluh hari lahirlah gadis kecil yang bernama indah,tak lama kemudian aku pun bersama kedua orang tuaku terbang ke Surabaya dan menetap disana.
Derasnya hujan ku lalui, panasnya terik matahari ku hadapi. Lima tahun kemudian, Ibuku melahirkan seorang anak perempuan yaitu Adikku sendiri. Aku sangat senang dan bahagia menerima semua kenyataan ini.  Selama ini keluargaku baik-baik saja. Ternyata eh ternyata di balik semua itu masih ada sedikit pertengkaran yang terjadi antara kedua orang tuaku, Ayah selalu bermain judi. Apalagi kalau sudah punya uang Ayah selalu ingin berfoya-foya dengan tanpa sepengetahuan istri dan anaknya.
      Waktu Ayah masih kerja jadi supir Bemo, Alhamdulillah segala kebutuhan Keluargaku terpenuhi. Akan tetapi semakin hari, Bemo yang dikendarai Ayah semakin sepi pelanggannya. Jadi Ayah berhenti dari pekerjaannya.dan Semakin hari kenakalan Ayahku semakin terbukti. Meskipun aku gadis kecil aku tetap ingin berfikir panjang tentang kenakalan Ayahku. Setiap sesudah aku sholat aku berdo’a agar Ayah diberi ke sadaran dan kembali ke jalan Allah. Kini semakin terbukti  bahwa di antara kedua orang tuaku ada masalah. Aku adalah gadis kecil yang tak tau apa-apa, tapi mengapa aku ingin sekali mengetahui persoalan di antara kedua orang tuaku?
Beberapa hari kemudian Ayah tidak pulang ke rumah Sampai-sampai ada tetangga sebelah yang betanya padaku,
“ Indah Ayah kamu ada dimana ?” Tanya tetanggaku 
“ Ayah Indah lagi kerja ” jawabku .
Meskipun lagak wajahku biasa saja, tapi aslinya hatiku menangis. Ibu mencoba hubungin Ayah tapi tidak bisa. Akhirnya Ibu  menghubungi teman dekat Ayah, dan katanya di luar sana Ayah selalu ke Diskotik dan selalu main judi. Mendengar berita itu ibu langsung menangis. setiap malam, setiap hari, setiap waktupun Ibu selalu menangis memikirkan ke adaan Ayah yang tak kunjung datang. Setelah beberapa hari kemudian, Ayah pulang ke rumah. Aku senang sekali bisa bertemu Ayah lagi, tapi sayangnya kepulangan Ayah ke rumah hanya menambah pertengkaran antara Ibu dan Ayah, Ibu mencium baju Ayah seperti bau perempuaan. Ibu marah pada Ayah dan berfikir negatif tentang Ayah. Suara pertengkaran Ayah dan Ibu terdengar sampai ke telingaku. Aku langsung pergi menghampiri Ayah dan Ibu, lalu aku berkata
“ Ayah Ibu tolong jangan bertengkar terus,malu di dengar tetangga ” ucapku sambil menangis.
Ayah dan Ibu terdiam setelah mendengar perkataanku, keesokan harinya  Ayah pergi tanpa pamit pada Ibu karena mereka saling marahan.tampa menyisahkan uang sepeserpun ayah langsung pergi meninggalkan rumah terpaksa ibu harus memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara ngutang pada tentangga dan toko-toko. Lamakelama Ibu malu karena selalu mencari pinjaman untuk makan,
 pada waktu aku pulang sekolah aku merasa lapar akhirnya aku pergi ke dapur untuk mengambil nasi ternyata nasinya basi dan ikan-nya pun sisa kemarin.  Sebenarnya aku sedih dan tak ingin makan tapi mau gimana lagi dari pada aku kelaparan,dengan terpaksa aku harus makan nasi yang basi itu.
        Bulan suci Ramadhan telah tiba, aku beserta keluargaku menjalankan ibadah puasa Awal puasa Ayah ada dirumah dan berbuka puasa bersama Aku dan Ibu. beberapa hari menjalani ibadah puasa, Ayah tidak ada di rumah dan akhirnya aku dan Ibu hanya berbuka puasa berdua tanpa kehadiran ayah, rasanya hampa karna tidak bias berbuka puasa bersam-sama dengan ayah, aku salut terhadap Ibu karna Ibu salalu tegar dalam menghadapi samua masalahnya meski selalu di iringi dengan kesedihan dan kepedihan.
Setiap berbuka puasa aku selalu menunggu Ayah di depan pintu, kupandangi setiap orang yang melewati rumahku Sambil menunggu Ayah dan mendengarkan suara azdan maghrib.
“ Ayah kapan Ayah pulang, ya Alloh mungkin Ayah masih ada di jalan. semoga ayah baik-baik saja ya allah, dan selalu dalam lindungan-Mu ” batinku sambil meneteskan air mata.
Setelah hari raya idul fitri kurang beberapa hari. Aku bersama adik, ayah dan ibu ku mudik ke bangkalan. Meskipun mudik bersama, ibu dan ayah masih tetap marahan dan masalahnya pun belum selesai.  Setelah kami tiba di rumah ibu, malam harinyapun ibu dan ayah sempat bertengkar. Aku yang berada di luar langsung masuk ke dalam bersama adikku menghampiri ayah dan ibu. aku melihat ayah memukul ibu. Adikku pun menangis melihat kelakuan ayah sama ibu,
” ayah sudah lah yah jangan pukul ibu kasian ibu yah,” ucapku kepada ayah
” sudah nak, jangan menangis nanti ayah jadi nangis juga ” ucap ayah pada ku.
“Kenapa sich, ayah dan ibu selalu bertengkar apa ayah dan ibu tidak kasihan pada ku dan adik ” ucap ku pada kedua orang tua ku.
”semua ini karena ibu mu ” ucap ayah pada ku.
” jangan salahkan aku, semuanya itu gara-gara kamu ” ucap ibu pada ayah saling menyalahkan.Beberapa detik kemudian ayah berkata pada ku.
” indah kamu pilih ayah atau ibu?” Tanya ayah padaku dengan menyuruh ku untuk memilih di antara keduanya
“ indy kamu Mau ikut ayah atau ibu?” ayah juga bertanya pada indy adik ku.
Tampa ada kata yang dapat ku ucapkan ke esokan harinya ayah pulang kerumah nya. Sejak itulah ibu dan ayah pisah ranjang, aku sedih menerima kenyataan ini. Setiap hari aku selalu di hantui oleh kesedihan, aku tidak ingin ke dua oramg tua ku berpisah. Karena kejadian itu akhirnya aku pindah sekolah ke Madura. Menjalani hidup di Madura dan aku bahagia sekolah di Madura dan dengan sekolah ku yang baru begitu pun teman-teman baru ku di sana, aku senang sekali, tapi kenapa setelah aku betah di Madura ayah malah mengajak ku ke Surabaya dan sekolah di sana. Aku bingung harus menjawab apa pada ayah, aku mencoba bertanya pada ibu, ibu malah menjawab tidak apa-apa asalkan kamu bahagia tinggal bersama ayah. Sebenarnya aku tidak mau ikut ayah ke Surabaya karena ibu dan indy tidak ikut bersama aku dan ayah. Dengan terpaksa aku harus ikut ayah ke Surabaya.
 Sepanjang perjalanan aku hanya bisa meneteskan air mata karena rasa sanubari yang pahit ini yang tak mampuku ucapkan, seampainya di Surabaya akupun masih tetap bersedih dan selalu ingat kenangan-kenangan yang ada di rumah waktu ibu dan ayah masih bersama. Dan aku teringat lagunya melly goslow yamg berjudul bunda.
“ Ku buai album biru, penuh debu dan kusam.
Ku pandangi semua gambar dari kecil bersih belum ternoda.
Pikirkupun melayang, dahulu penuh kasih.
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku.
Kata mereka diriku selalu di manja.
Kata mereka diriku selalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimukan selalu
Ada di dalam hatiku. . . . .
Aku tak bisa menahan keluh batinku, aku tak bisa menanhan tangis jiwaku, lagu itu membuat ku tambah sedih . . . sedih. . .dan sedih. Untung saja tidak ada ayah di tempat itu, coba kalau ada ayah, pasti ayah akan bertanya mengapa aku menangis. Aku tidak tau harus bagaimana dengan ketiadaan ibu di sampingku. Aku sangat merindukan ibu, aku rindu akan kasih sayang seorang ibu, dan aku rindu pelukan hangat sang ibu. Setiap kali aku melihat keluarga teman-temanku yang lengkap dan sejahtera bersama kedua orang tuanya. Aku merasa iri karena keluargaku sendiri tidak seperti kelarga mereka.
 Disaat aku tenggelam dikegelapan malam, aku hanya bisa merasakan hembusan angin malam yang seakan-akan menyapa bintang-bintang di langit. ku berdo’a menghadap langit yang gelap gulita .
“ Ya allah jika aku boleh meminta satu permintaan padamu dan kamu senantiasa untuk mengabulkannya padaku, izinkanlah aku mersakan kebahagiaan bersama keluargaku seperti dulu kala”.
            Setiap selesai sholat aku selalu berdo’a meminta agar keluargaku untuk kembali seperti dulu tampa masalah yang selalu meneteskan air mata.
“ ya.. Allah jadikanlah keluargaku, kelurga yang sejahtera dan bahagia, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada hamba-hambaMu yang Engkau cinta sayangi ”
Aku kasihan pada ayah karena semenjak ibu tiada di rumah, ayah lah yang mengantikan profesi ibu sebagai ibu rumah tangga, seperti memasak, cuci piring, cuci baju, dan lain-lainnya, bahkan tidurpun ayah sendirian. Tapi aku selalu membantu ayah membereskan pekerjaan rumah ketika ayah bekerja, menjalani hidup berdua dengan ayah aku merasa senang, karena ayah masih mau bekerja keras untuk membiayai sekolahku.


0 komentar:

Posting Komentar