Selasa, 24 Februari 2015

Jangan Ambil Dia


Jangan Ambil Dia

     Teeet… bel istrahat pun berbunyi bel yang dari tadi ditunggu oleh Siswa dan Siswi termasuk aku karena  malas berlama-lama  di kelas. Aku dengan temanku Lisa dan Nia segera menuju ke kantin. “Bruakkk…” aku pun tidak sengaja menabrak seorang cowok yang ternyata aku mengenalnya, dia adalah Rian Alexandre. “he…kamu kalau jalan pakai mata dong ! Jangan pakai dengkul” ucapku seraya merapikan baju dan rokku yang kotor karena debu lantai. “oh…ternyata kamu kupret, aku kira siapa. Kamu tuh yang seharusnya jalan pakai mata, cewek tengik”  “oh…kamu menghina!” ucapku sambil mendorong pundaknya. “kamu tidak usah menyentuhku dech, entar aku alergi lagi” “oh…”  “sudah…sudah, ayo mending kita ke kantin saja dari pada berantem sama orang yang tidak jelas kayak dia” potong Lisa yang dari tadi diam. “oke…mendingan kita ke kantin saja”  “ya sudah ayo berangkat”  sambung Nia. “ayok” saya pun dan teman-teman berangkat menuju kantin tanpa menghiraukan Rian.
     Hari-hari kulalui bersama teman-temanku dengan penuh tawa bahagia,  sindiran dari Rian pun  sering aku dengar, sehingga membuatku bosan dengan tingkahnya yang gila. “Lala nanti malam ada acara pesta uLang tahunnya Yesa, kamu mau hadir gak?” celetuk temanku Nia di saat aku lagi asyik melamun. “pasti dong, memangnya kenapa?” tidak apa-apa cuma tanya doang, tapi yang hadir harus dengan pasangannya lho” “busyet dech, aku mau pergi sama siapa, sedangkan aku tidak punya cowok”  “ya sudah siapa tau nanti malam dapat jodoh” “Amien… dech kalu gitu”
      Acaranya sangat indah dan meriah, semua tema-temanku datang dengan pasangnnya masing-masing dan ada juga yang sendirian. “ih…dasar Lisa sama Nia malah enak-enakan sama cowoknya, aku ditinggal sendirian, uh,,, lagian kenapa sich, banyak yang melihatku dengan aneh, apa karena aku sendirian”  batinku dalam hati. “eh, ada cewek cantik nich sendirin lagi, bagaimana kalau sama aku saja” ucap Rian yang tiba-tiba datang menghampiriku, entah dari mana dia. “sudah dech, mendingan aku mengalah saja dari pada meladeni cowok tidak waras kayak kamu” akupun bergegas meninggalkan Rian. “La… aku mau ngomong sesuatu sama kamu” ucap Rian menarik tanganku yang hendak pergi, akupun membalikkan tubuhku. “mau ngomong apa cepatan aku tidak punya waktu” “ayo kita keluar, tidak enak di sini rame banget”  tapi kamu jangn macem-macem sama aku, berani macem-macem aku bunuh kamu”  ‘tidak ko’” aku pun dan Rian bergegas menuju taman di belakang rumah Yesa. “apa sich yang mau kamu omongin?” ucapku memulai pembicaraan. “kamu boleh tertawa, kamu boleh menghinaku tapi, aku sudah tidak kuat menahan perasaan ini, jujur  La.., sebenarnya aku tuh suka sama kamu” deg… jantungku seperti berhanti berdetak karena aku tidak percaya dengan semua ini. “semua ini benar?”  “benaran La, aku tuh suka sama kamu tapi aku tidak memaksa kamu harus suka sama aku, karena aku sadar kalau aku memang tidak pantas buat kamu” “jujur  Rian, aku sudah juga dari dulu sayang sama kamu tapi aku merasa kalau semua ini tidak mungkin terjadi tapi malam ini semua berbalik arah menjadi kenyataan dan apa yang aku rasakan tidak bertepuk sebelah tangan”  “kamu benar La’…?  “ia aku benaran” tepat pada tanggal “01.02.2013” aku dan Rian jadian dan berstatus pacaran, moment yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku.
     Hari-hari kulalui bersama Rian, awalnya semua kaget melihat keakrabanku dengan Rian “ La apa bener  kamu sekarang jadian sama Rian” Tanya Nia padaku. “ya.., seperti yang kamu lihat”  emang benar kata pepatah (awalnya benci tapi akhirnya cinta) “ya udah dulu Nia, aku ditunggu tuh”  ucapku  sambil meninggalkan teman-temanku karena Rian sudah berdiri menungguku di depan pintu keLas. Semua mata tertuju padaku dan Rian.
     Tepat pada malam minggu aku menunggu Rian di taman Asri indah “Lama banget sich Rian” umpatku dalam hati. “LaLa…..” suara Rian mengagetkanku. Akupun bergegas menyusul Rian yang sudah berada di sebrang sana. Aku secepatnya berLari, karena ingin segera  memeluk Rian. ”awas……bruuuaak” tiba-tiba Rian mendorongku. Rian tertabrak truk karena berusaha menolongku. “Rian…..” kagetku ketika melihat Rian berlumuran darah. “Ria, please bertahanlah” jeritku seraya merangkulnya. “La, berjanjilah bahwa kau tidak akan pernah melupakanku walaupun aku jauh darimu” ucap Rian terbata-bata. “Rian, aku tidak akan pernah melupakanmu, tapi demi aku, aku mohon jangan tinggalkan aku karena aku sangat mencintaimu”  “maafkan aku, aku juga mencintaimu” ucap Rian yang terakhir kali dan dia pun menghembuskan nafas terakhirnya.  ”Riaannn……. jangan tinggalkan aku” air mata pun terus membanjiriku pipiku.
Tuhan…..
Kenapa Kau ambil dia
Begitu cepat
Kenapa Kau tidak izinkan aku
Untuk membahagiakannya
Lebih Lama
Kenapa di saat aku sangat mencintainya, kenapa
Kau ambil dia dari hidupku.
By:Lisya Veronica
Angel Love

0 komentar:

Posting Komentar