Senin, 16 Februari 2015

Hadiah terakhir di hari ultahku (Cerpen demangan news Mading Edisi 34)

Hadiah terakhir di hari ultahku

Gemerlap nya bintang yang bertabuaran menghiasi langit di awal malam yang tampak indah dengan sinar cahyanya, namun, keindahan itu tak senasib dengan perasaan hati yang tengah kurasakan sa’at ini,  terpaku dalam larutan sepi menyapa hari-hari.
Hidup yang kujalani bagai jalannya ombak yang mencabik-cabik air laut, seakan ku tak pernah merasakan kebahagiaan dalam kehidupan,  tangisan slalu menemani hari hariku, yang semuanya hilang tiada bekas saat taburan senyum dan canda tawa aku persembahkan bersama roy di dalam kebersamaan dengannya. Tasya afkarina adalah nama yang ku sandang sejak aku dilahirkan, yang berstatus sebagai murid kelas XI sma, menjadis gadis yang hidup tanpa dampingan dari sang bunda.
Fajar menyapaku dengan senyum kecerahan yang kubalas dengan senyum indah yang terwakili oleh ketenangan hati menyesuaikan dengan suasana sang fajar. Bergegas ku berangkat sekolah dengan jemputan Roy.
“Tasya, ayo kita berangkat” roy memanggilku dari kejauhan.
“Iya roy,” Tanpa banyak banyak bicara lansung ku iyakan ajakan dari roy.
“Oiya sya besok kan pertemuan antara guru dan wali murid, ayah kamu mau datang nggak?” roy bertanya.
“Gak tau juga roy, aku masih belum bilang sama ayah aku kalau besok ada pertemuan wali murid,  nanti habis sekolah insya alloh aku akan bilang sama beliau. “
Di tengah percakapan ku dengan roy datanglah bayangan bunda yang begitu tampak di depan mata, perbincangan ku dengan roy mengantarkan aku akan ingat pada ibunda, yang memang pertemuan itu adalah pertemun ibu dari semua siswa di sekolah, rasa ingin berjumpa dan ingin memandang wajah bunda begitu besar dalam dada,walau hanya bisa di katakan sebagai hayalan yang tak mungkin dapat terwujudkan. Namun kehadirannya sangat kuinginkan dalam hidupku, yang sampai saat ini tiada pernah terwujudkan walau hanya dalam mimpi yang sekejap saja.
Kasih sayang bunda tak sepenuhnya kurasakan sejak aku berumur 3 ahun hingga menginjak 17 tahun angka umurku, kepergiaanya dari kehidupannku begitu menyakitkan, dan menjadikan hati selama ini selalu tersiksa.
Pagi perkumpulan wali murid kini telah datang  namun kusengaja tak mengatakan sesuatu terhadap ayah tentang adanya hal itu, kegundahan dalam hati terasa berat karna kehidupanku tanpa di dampingi oleh seorang ibunda. Ku tak datang akan acara pertemuan itu menyendiri tak ingin ada yang tau tentang kesedihannku mengingat bunda.
Tanpa terfikirkan olehku roy mencari ku tak kunjung juga di temukannya aku hingga memaksanya untuk bertanya langsung terhadap ayah, hingga akhirnya ayah datang kesekolah dengan wajah tak menentu karna saking terkejutnya kalau aku tidak mengikuti pertemuan wali murid dan tidak memberi tahunya akan hal itu. Ayah marah besar padaku.
“ Tasya, kenapa kamu tidak datang di acara itu” Tanya ayah dengan nada marah yang memaksa Butiran-butiran air mata jatuh membasahi pipi.  dengan suara berdesak aku menjawab.
“  Maaf ayah, Tasya gak bemaksud mengecewakan Ayah, Tasya hanya takut mengganggu kesibukan ayah  lagi pula acara itu hari harus di hadiri oleh ibu dari setiap siswa, sedang ibunda tiada di samping kita,”
Terdiam ayah meneteskan air mata saat mendengar keluhanku tentang tetiadaan bunda bagiku.
dan ayah meminta untuk menghentikan perkataanku tentang karna tak ini mendengar lagi tentang ibu. Usai pertemuan wali murid aku pulang bersama ayah, sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamar untuk menulis semua keluhanku tentang ibu di buku diary ku.

12-01-2010
13:34 WIB.
Hari ini semua terasa begitu jelas tentang kekurangan akan kebahagiaan dalaam hidupku, harta tiada berharga jika di bandingkn dengan hadirnya sang ibunda di samping kita. Hidup besama ayah memanglah tiada kekuangan dalam hidupku, tapi adanya bunda memang slalu ku harapkan, walau kasih sayang ayah tiada perbedaan dengan ibu, akankah aku sanggup melanjutkan hidup?
‘ Tasya,…..” ayah memanggilku di saat ku mecurahkan isi hati di kamar, dan langsung aku mendatanginya.
“ Iya ayah ada apa”
“ Nggak sayang, ayah cuma ingin tau, tasya ingin minta hadiah apa pada ayah di hari ulang tahunmu nanti.?
“ Nggak ayah, tasya gak ingin minta sesuatu pada ayah. Aku hanya ingin bertemukan dengan ibu, aku ingin memandang wajah nya ayah,.”
Mendengar permintaanku ayah pergi tanpa merespon sedikitpun dan meninggalkan aku di tempat dimana ayah memanggilku tadi. Terdiam diri kumembisu di ruang tamu mendambakan pertemuan dengan bunda, hingga akhirnya ku terbaring pingsan tiada sebab dan begitu tiba-tiba saat ku menggenggam lukisanku bersama ibu.hingga lukisan itu jatuh dari tanganku, dan mengundang ayah untuk menghampiriku yang sedang lemas tak sadarkan diri.
Rahasiaku yang tertata rapi dalam hati terbongkar dengan sendirinya ketika aku pingsan tiada sebab, Hingga akhirnya ayah membawaku kerumah sakit. Dengan kondisi  yang tak mempunyai harapan lebih ini membuat ayah semakin menjerit dalam tangisnya, penyakit yang di kenal dengan nama kanker ini sudah mencapai stadium akhir dalam tubuhku.
“kenapa sayang, kamu tidak pernah cerita pada ayah tentang penyakit kamu? “Tanya ayah dengan linangan air matanya.
“ Maafin tasya ayah, bukannya aku pengin ngecewain ayah tapi aku hanya tidak ingin mengganggu ayah saja.” Ucapku pada ayah.
Beberapa hari aku berdiam diri di rumah sakit pada saat itu juga ayah membawa roy tepat pada hari di mana aku ultah yang ke-17 tahun, dengan membawa kue special dan sebuah cincin yang telah ter ukir nama roy di cincin itu, ucapnya pada ku happy birthday ya tasya semoga harapan mu selama ini akan  menjadi nyata.
“ Roy boleh kah aku meminta satu hal terakhir pada mu?”
“ Maksud kamu apa sya?” ujarnya.
“ Sudah lah itu tidak penting aku mohon bawa aku ke danau di mana kita kita bertemu dahulu.”
“ Baiklaah sya, sekarang aku akan membawa kamu k danau itu”
Tanpa berfikir panjang roy membawaku ke danau itu, yang memang jaraknya tak terlalu jauh dari dari rumah sakit di mana aku di rawat. Saat tiba di tempat itu roy mengatakan sesuatu yang mampu membuat hatiku menangis tanpa sebab, menjerit dan tak dapat ku tahan saat roy mengatakan “aku mencintaimu tasya”
Roy membawaku kembali kerumah sakit, dan saat itu aku merasa sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit dan harus memaksakan diri untuk berkata.
“ Maafkan aku jika membuatmu kehilangan satu titik cahaya dalam hidupmu, namun aku akan selalu hidup dihatimu dan menemani hari-harimu untuk selamanya, izinkanlah aku untuk menemui bunda dan hidup bersamanya untuk selamanya”
Hembusan nafas terakhirku tertiup saat berada di samping ayah dan roy, yang membuat air mata mereka mengalir deras saat berpisah denganku, kini tiada lagi cerita tentang hidupku kecuali hanya sebuah kenangan indah yang tak akan pernah hilang dari kehidupan mereka.
By: 4Y4’ Lad!ez star

5pecial DJ Moza ieva

0 komentar:

Posting Komentar