Aku Bukan Nila
Yang Hilang
Ketika matahari terpaut di dinding langit, maka ku
buka jendela saat itu juga, sejuk dengan
sedikit embun yang belum sempat kering, serta sedikit nyanyian burung yang membimbing diriku agar aku segera mandi.
“Dunia sedang apa kau saat ini
Kenapa kau sisakan hari
untukku
Bukannya lebih indah
sendiri
Dari pada harus sekian kali menangis
Namun
tak ada yang peduli”.
Ku baca sekelumit syair dari buku yang aku baca, aku
memang sedikit bingung dengan kata-kata itu, ach… biarkan saja yang penting
tak mengganggu hidupku, aku terus
merenung menghimpit khayalanku. Mataku sempat terseok-seok disaat aku melihat
Nila disamping rumahku, memang jalan disamping rumahku terdapat rumah kosong,
tapi aku meyakini dirumah itu sebenarnya tidak kosong, sebab meski aku orang
baru di kampung panca nila ini, aku
sempat bertemu dengan seseorang didalamnya bahkan didalam rumah itu
terdapat dua orang sahabat yang sangat ramah
sekali, aku juga pernah berkenalan dengan salah satu penghuni dirumah itu yaitu
Nila sahabatnya Airin.
Malam jum’at manis, aku semmpatkan
untuk membaca yasin di kamar, aku tawassul juga kepada seluruh keluargaku
, aku terus getarkan bibirku untuk
bermunajat kepada Allah sang pencipta serta memohon perlindungan dari segala
hal yang tidak di ridhai-Nya, seusai sholat isya’ disaat mata setengah sadar
seakan ada yang aneh dalam diriku,
tiba-tiba saja Nila menggugah mimpiku, dia terus menjerit kesakitan, karena dia
didzalim oleh lima perampok rumahnya saat itu, dia sendiri berusaha meminta
pertolongan tapi tak seorangpun mendengar jeritannya, hingga akhiranya perut Nila tertikam oleh
senjata tajam perampok, akupun kaget, memberontak dari tidurku, keringat dingin
membanjiri seluruh tubuh kurusku, aku berfikir maksud dari mimpi yang seakan
nyata itu, namun tiba-tiba saja HP ku bedering, mennghalangi fikiran untuk
merenungi mimpiku itu.
“
Asalammualaikum ……ini kak abdillah ya….”
“
Maaf…ini siapa ya……?” tanyaku bingung”
“
ini aku nila kak…? Maaf ganggu ya…?”
“
tidak..!!! malah seneng kok….!, tumben nelfon memang dari mana Nila tahu nomer
aku…?” Pungkasku merayu, sekaligus cenge-ngesan sebab ditelfon sama orang
yang aku harapkan,
“
Kak abdil sekarang punya waktu ga’…?,
soalnya aku bingung banget nich dan juga
ada satu hal yang harus nila katakan
sama kak abdil, yang tak pernah aku katakan kepada orang lain sebab aku yakin
hanya kakak yang pantas menerima
ucapanku ini, tapi kalau kakak
sibuk ga’ apa-apa biar aku nanti ngajak kakak lagi malam jum’at depan,
bagaimana….?”,
“
oh ga’…ga’….sibuk kok beneran ga’ sibuk, memangnya Nila mau ketemu dimana…?”
gugupku menyelimuti cuaca dinginnya malam ini.
“
kalau didepan rumah aku bagaimana..?, kebetulan aku lagi sendiri, airin sedang
keluar rumah…!!!” ajaknya serius
“
gimana ya…baiklah kalau begitu sebentar lagi aku kesana?” Ragu hatiku,
meneror kesempatan emasku yang
eman untuk dibuang.
Aura dingin menyusup kedalam sum-sum tulanngku, hampir tak tahan dengan
kedinginan ini, demi cinta aku harus korbankan semuanya untuknya, malam memang
semakin pekat aku dan nila duduk di depan rumahnya sambil menatap langit yang
begitu pekat, aku sediikit gemetar
disaat berdua dengannya, mungkinkan ini yang dinamakan cinta , atau kalau bukan
perasaan apakkah ini…?, hatiku berdegup kencang disaat Nila menyandarkan
kepalannya kepadaku, dia sedikit bercerita
tentang kesedihan, tapi ketika kutanyakan tentang dirinya nila menolak dengan derai air mata, aku
sempat bingung dan tak ingin menggugahnya sebab aku takut menyakiti
perasaannya.
“
Nil… apakah ada seseoarang yang telah mengisi hati kamu…?” tanyaku pasti
“
Maksud kak Abdil apa…?” jawabnya bingung
“
apa kamu sudah punya pacar, tunangan atau
belum..?”
“ kalau tunangan belum tapi kalau pacar iya
punya, tapi kalau oranya mau?”
“ maksud Nila
apa, dan siapa yang beruntung
mendapatkan hati seorang gadis sebaik dan secantik dirimu” tanyaku kaget
terasa frustasi.
“
kamu kak ……!!!, sejak kakak berada disini sebenarnya aku selalu melihat kakak , dan sejak saat
itulah cinta itu datang dihatiku, maaf aku telah berani jujur tentang perasaan
ini kak….!!!”
Duarrr…. Hatiku pecah berantakan
dimana-mana, aku merasa bahagia
sekali, batinku sempat kaget dengan
pengakuan Nila barusan, aku mencoba berusaha
untuk tenang dan ku anggukkan kepalaku sebagai intonasi
dari kesetujuanku, malam begitu angkuh dengan pekatnya, akhirnya aku memohon
pamit serta berterima kasih kepadanya.
Mataku sempat terlelap tiga jam itu
berarti waktu shubuh tinggal setengah jam lagi, namun dering HP-ku lagi-lagi menggugah nyenyaknya
tidurku, aku baca sekelumit kata yang membuatku kaget dari nila ( kak….. tolong aku, sekarang aku diganggu
sama seseorang, tolong kak kerumah secepatnya, kalau tidak kakak tidak akan bisa bertemu dengan nila lagi),
mataku langsung membalak akupun tanpa pikir panjag menerobos pintu untuk
menyelamatkannya.
Shubuh sebentar lagi hadir,
akupun bergegas masuk kerumah nila, tapi kenapa terasa sepi, “mungkinkah Nila
mengelabuhiku, berpura-pura hanya untuk membuatku panik” besit batinku kesal, aku memang merasa ada
yang aneh dengan rumah ini, sebab yang aku tahu rumah ini hanya ada dua orang,
yaitu nila dan airin. Hatiku kaget dengan datangnya suara gemuruh serta suara
orang menjerit-jerit, dan aku sangat kenal dengan suara itu, “ kak abdil…tolong
aku, tolong..!!!” jerit nila dengan pakaian serba putih yang terbang dengan
sesosok penampakan hitam besar yang sedang menyeretnya, aku bingung, heran
dan tubuhku lemas setengah mati, aku
tersadar tak perduli dengan apa yang
terjadi kepada nila, aku coba menolongnya namun aku terpental jauh sampai keambang pintu, kubanggkit namun
ketika hendak menolongnya lagi-lagi aku
terpental jauh hingga keningku terluka, aku bangkit lagi demi cintaku tapi suara gemuruh dan
besar itu menghalangiku, “ hei…..manusia berani sekali dirimu mau menolongnya,
kamu harus tahu bahwa dia seharusnya di siksa seperti ini, sebab dia melanggar
janji dengan kami sebagai raja jin disini, bahwa dia tidak boleh jatuh cinta
kepada manusia”, aku bingung dengan maksud suara dari penampakan besar itu, aku
mencoba bangkit kembali dan
berusaha menolong nila yang hampir kasat mata sebab di bawa pergi
oleh penampakan hitam itu, namun hasilnya sama,
aku terpental lebih jauh hingga keteras depan rumahnya, sekali lagi disaat aku mencoba bangkit tapi aku tak kuasa
tiba-tiba bayangan besar itu mendekat, “lari…..lari…..lari..
kak abdil… cepat lari, jangan hiraukan aku lagi kak,,!!!, aku bukan manusia
kak…!!!, nila hanyalah arwah penasaran yang
jatuh cinta sama kakak”, panik
nila yang membuat air mataku pecah, aku terus maju menerobos bayangan hitam itu
demi nila, demi cinta dari dua dunia, kali ini perjuanganku membuat nila
hilang, aku bingung kenapa aku sekaranng tidak bisa menyentuhnya .
Shubuh telah tiba, namun diriku tak
sanggup berdiri lagi, aku mencoba bangkit dengan sedikit kekuatan dan air mata
yang tak bisa berhenti sebab aku
kehilangan nila, disaat aku tahu nila yang sesungguhnya, dengan air mata yang
basah aku pingsan persis di depan rumah
nila, bayanganku seakan diterpa angin yang begitu dingin, namun tiba-tiba nila
hadir dalam dunia pingsanku.
“
Assalamualaikum…..,kak abdil maafin nila, sebab nila ga’ jujur sama kakak siapa
nila yang sesungguhnya, nila hanyalah bagian dari sejarah kampung ini, sebab
dulu aku adalah seseorang yang
sangat cantik dan kaya raya, begitu banyak kaum adam yang terpesona dengan
kecantikan dan kekayaanku, tepat 12 juni
1970, atau sekitar tiga puluh dua tahun yang lalu, aku dirampok oleh lima orang
pemuda, ketika aku ingin melarikan diri tiba-tiba saja aku terjatuh sebab
dilempar sebuah pisau besar oleh
perampok itu, dan disaat itu pula aku pergi unuk selama-lamanya, mereka baru
sadar bahwa aku mati ketika mereka
hendak mengaggahi tubuhku, baru ketika bajuku terlepas setengah badan mereka
menyadari kalau aku mati, akhirnya mereka menguburku dibelakang rumah ini,
kemudian mereka melarikan diri, tapi untung, ulah perampok itu di bayar
langsung ketika sebuah truk melindas tubuh mereka di perempatan jalan itu.
Sebab itulah kampung ini di namakan kampung panca nila, yang maksudnya, panca adalah lima pemuda itu, sedangkan nila
adalah saya yang disangka hilang oleh orang kampung disini. Kak abdil…..!!!, sekali lagi aku minta maaf
,tolong kubur kembali aku semestinya sebab aku adalah seorang muslimah,
kak……!!!, aku pamit dulu, semoga kakak selalu bahagia amin, kak…. Aku
mencintaimu, Wassalamualaikum.
Aku pun akhirnnya siuman, begitu
banyak orang disamping diriku, ketika kusadari aku telah berada dirumah, teringat kejadian nila aku
berusaha untuk bangkit, aku ceritakan semuanya kepada orang bahwa mitos nila hilang itu ternyata palsu,
bahwa sesungguhnya nila di bunuh bukannya hilang. Setelah itu akupun pergi
kerumah nila, meskipun sebenarnya tubuhku
belum sehat, aku berjuang sekuat tenaga untuk mengubur kembali, serta
menyolati nila sebagai mana mestinya, aku lega sebab bisa melepas nila denangan
senyuman.
Aku kembali kerumah namun
sepertinya ada yang aneh dengan saku bajuku, aku lihat ternyata hanyalah
sepucuk surat yang sedikit lusuh dari nila.
(
To: kak Abdil Penggugah Hatiku )
Assalamualaikum
Kak abdil…!!!,
terima kasih semuanya sebab perjuangan
kakak,
sekarang
Nila sudah tenang,
Nila
tidak mengharapkan cinta yang lebih dari dirimu,
tetapi
seandainya waktu bisa ku kendalikan,
maka
aku akan putar untukkmu,
sekali
lagi terima kasih kak, tanpa kakak nila bukan apa-apa,
dan
nila titip syair ini untuk hatimu…!!!.
“Bila waktu
datang untukku
Kemanakah aku akan membaginya
Bila semua ada dalam aksara
Kenapa aku hanya bagian dari sejarah
Sudahkah lama sisa waktu yang
terhapus
Tapi kenapa goresannya tetap utuh
Dengan apakah aku usap darah yang
pecah
Bila air mata tak mampu berhenti
Kak abdil…..
bisakah aku berjumpa kembali
Bila seinci terkuas dalam masa lalu
Kak abdil……selamat
jalan…!!!.”
(
By: Bukan Nila Yang Hilang )
By:
Kang Aaf
(14 NOV 2012)
0 komentar:
Posting Komentar