Jumat, 06 Februari 2015

Aku Bukan Nila Yang Hilang

Aku Bukan Nila Yang Hilang

Ketika matahari terpaut di dinding langit, maka ku buka jendela saat itu juga, sejuk  dengan sedikit embun yang belum sempat kering, serta sedikit  nyanyian burung  yang membimbing diriku agar aku segera mandi.
“Dunia sedang apa kau saat ini
Kenapa kau sisakan hari untukku
Bukannya lebih indah sendiri
Dari pada  harus sekian kali menangis
Namun  tak ada yang peduli”.
         
Ku baca sekelumit syair dari buku yang aku baca, aku memang sedikit bingung dengan kata-kata itu, ach… biarkan saja  yang penting  tak mengganggu hidupku,  aku terus merenung menghimpit khayalanku. Mataku sempat terseok-seok disaat aku melihat Nila disamping rumahku, memang jalan disamping rumahku terdapat rumah kosong, tapi aku meyakini dirumah itu sebenarnya tidak kosong, sebab meski aku orang baru di kampung  panca nila ini, aku sempat bertemu dengan seseorang didalamnya bahkan didalam rumah itu terdapat  dua orang sahabat yang sangat ramah sekali, aku juga pernah berkenalan dengan salah satu penghuni dirumah itu yaitu Nila sahabatnya Airin.
          Malam jum’at manis, aku semmpatkan untuk membaca yasin di kamar, aku tawassul juga kepada seluruh keluargaku ,  aku terus getarkan bibirku untuk bermunajat kepada Allah sang pencipta serta memohon perlindungan dari segala hal yang tidak di ridhai-Nya, seusai sholat isya’ disaat mata setengah sadar seakan ada yang aneh dalam  diriku, tiba-tiba saja Nila menggugah mimpiku, dia terus menjerit kesakitan, karena dia didzalim oleh lima perampok rumahnya saat itu, dia sendiri berusaha meminta pertolongan tapi tak seorangpun mendengar jeritannya,  hingga akhiranya perut Nila tertikam oleh senjata tajam perampok, akupun kaget, memberontak dari tidurku, keringat dingin membanjiri seluruh tubuh kurusku, aku berfikir maksud dari mimpi yang seakan nyata itu, namun tiba-tiba saja HP ku bedering, mennghalangi fikiran untuk merenungi mimpiku itu.
“ Asalammualaikum ……ini kak abdillah ya….”
“ Maaf…ini siapa ya……?” tanyaku bingung”
“ ini aku nila kak…? Maaf ganggu ya…?”
“ tidak..!!! malah seneng kok….!, tumben nelfon memang dari mana Nila tahu nomer aku…?” Pungkasku merayu, sekaligus cenge-ngesan sebab ditelfon sama orang yang  aku harapkan,
“ Kak abdil sekarang  punya waktu ga’…?, soalnya aku bingung  banget nich dan juga ada satu hal yang harus  nila katakan sama kak abdil, yang tak pernah aku katakan kepada orang lain sebab aku yakin hanya kakak yang pantas menerima  ucapanku ini, tapi kalau  kakak sibuk ga’ apa-apa biar aku nanti ngajak kakak lagi malam jum’at depan, bagaimana….?”,
“ oh ga’…ga’….sibuk kok beneran ga’ sibuk, memangnya Nila mau ketemu dimana…?” gugupku menyelimuti cuaca dinginnya malam ini.
“ kalau didepan rumah aku bagaimana..?, kebetulan aku lagi sendiri, airin sedang keluar rumah…!!!” ajaknya serius
“ gimana ya…baiklah kalau begitu sebentar lagi aku kesana?”  Ragu hatiku,  meneror  kesempatan emasku yang eman untuk dibuang.
          Aura dingin menyusup kedalam  sum-sum tulanngku, hampir tak tahan dengan kedinginan ini, demi cinta aku harus korbankan semuanya untuknya, malam memang semakin pekat aku dan nila duduk di depan rumahnya sambil menatap langit yang begitu pekat, aku sediikit  gemetar disaat berdua dengannya, mungkinkan ini yang dinamakan cinta , atau kalau bukan perasaan apakkah ini…?, hatiku berdegup kencang disaat Nila menyandarkan kepalannya  kepadaku, dia sedikit bercerita tentang kesedihan, tapi ketika kutanyakan tentang dirinya  nila menolak dengan derai air mata, aku sempat bingung dan tak ingin menggugahnya sebab aku takut menyakiti perasaannya.
“ Nil… apakah ada seseoarang yang telah mengisi hati kamu…?” tanyaku pasti
“ Maksud kak  Abdil apa…?” jawabnya bingung
“ apa  kamu sudah punya pacar, tunangan atau belum..?”
“  kalau tunangan belum tapi kalau pacar iya punya, tapi kalau oranya mau?”
“  maksud Nila  apa, dan siapa yang beruntung  mendapatkan hati seorang gadis sebaik dan secantik dirimu” tanyaku kaget terasa frustasi.
“ kamu kak ……!!!, sejak kakak berada disini sebenarnya  aku selalu melihat kakak , dan sejak saat itulah cinta itu datang dihatiku, maaf aku telah berani jujur tentang perasaan ini kak….!!!”       
          Duarrr…. Hatiku pecah berantakan dimana-mana, aku  merasa bahagia sekali,  batinku sempat kaget dengan pengakuan Nila barusan, aku mencoba berusaha  untuk  tenang  dan ku anggukkan kepalaku sebagai intonasi dari kesetujuanku, malam begitu angkuh dengan pekatnya, akhirnya aku memohon pamit  serta berterima kasih kepadanya.
          Mataku sempat terlelap tiga jam itu berarti  waktu shubuh  tinggal setengah jam lagi, namun  dering HP-ku lagi-lagi menggugah nyenyaknya tidurku, aku baca sekelumit kata yang membuatku kaget dari nila  ( kak….. tolong aku, sekarang aku diganggu sama seseorang, tolong kak kerumah secepatnya, kalau tidak kakak  tidak akan bisa bertemu dengan nila lagi), mataku langsung membalak akupun tanpa pikir panjag menerobos pintu untuk menyelamatkannya.
          Shubuh sebentar lagi hadir, akupun  bergegas masuk kerumah nila,  tapi kenapa terasa sepi, “mungkinkah Nila mengelabuhiku, berpura-pura hanya untuk membuatku panik”  besit batinku kesal, aku memang merasa ada yang aneh dengan rumah ini, sebab yang aku tahu rumah ini hanya ada dua orang, yaitu nila dan airin. Hatiku kaget dengan datangnya suara gemuruh serta suara orang menjerit-jerit, dan aku sangat kenal dengan suara itu, “ kak abdil…tolong aku, tolong..!!!” jerit nila dengan pakaian serba putih yang terbang dengan sesosok penampakan hitam besar yang sedang menyeretnya, aku bingung, heran dan  tubuhku lemas setengah mati, aku tersadar  tak perduli dengan apa yang terjadi kepada nila, aku coba menolongnya namun aku terpental jauh  sampai keambang pintu, kubanggkit namun ketika hendak menolongnya  lagi-lagi aku terpental jauh hingga keningku terluka, aku bangkit  lagi demi cintaku tapi suara gemuruh dan besar itu menghalangiku, “ hei…..manusia berani sekali dirimu mau menolongnya, kamu harus tahu bahwa dia seharusnya di siksa seperti ini, sebab dia melanggar janji dengan kami sebagai raja jin disini, bahwa dia tidak boleh jatuh cinta kepada manusia”, aku bingung dengan maksud suara dari penampakan besar itu, aku mencoba bangkit  kembali dan berusaha  menolong nila  yang hampir kasat mata sebab di bawa pergi oleh penampakan hitam itu, namun hasilnya sama,  aku terpental lebih jauh hingga keteras depan rumahnya, sekali lagi  disaat aku mencoba bangkit tapi aku tak kuasa tiba-tiba  bayangan besar itu mendekat, “lari…..lari…..lari.. kak abdil… cepat lari, jangan hiraukan aku lagi kak,,!!!, aku bukan manusia kak…!!!, nila hanyalah arwah penasaran yang  jatuh cinta sama kakak”,  panik nila yang membuat air mataku pecah, aku terus maju menerobos bayangan hitam itu demi nila, demi cinta dari dua dunia, kali ini perjuanganku membuat nila hilang, aku bingung kenapa aku sekaranng tidak bisa menyentuhnya .
          Shubuh telah tiba, namun diriku tak sanggup berdiri lagi, aku mencoba bangkit dengan sedikit kekuatan dan air mata yang tak bisa  berhenti sebab aku kehilangan nila, disaat aku tahu nila yang sesungguhnya, dengan air mata yang basah  aku pingsan persis di depan rumah nila, bayanganku seakan diterpa angin yang begitu dingin, namun tiba-tiba nila hadir  dalam dunia pingsanku.
“ Assalamualaikum…..,kak abdil maafin nila, sebab nila ga’ jujur sama kakak siapa nila yang sesungguhnya, nila hanyalah bagian dari sejarah kampung ini,  sebab  dulu aku adalah seseorang  yang sangat cantik dan kaya raya, begitu banyak kaum adam yang terpesona dengan kecantikan dan kekayaanku, tepat  12 juni 1970, atau sekitar tiga puluh dua tahun yang lalu, aku dirampok oleh lima orang pemuda, ketika aku ingin melarikan diri tiba-tiba saja aku terjatuh sebab dilempar  sebuah pisau besar oleh perampok itu, dan disaat itu pula aku pergi unuk selama-lamanya, mereka baru sadar bahwa aku mati ketika  mereka hendak mengaggahi tubuhku, baru ketika bajuku terlepas setengah badan mereka menyadari kalau aku mati, akhirnya mereka menguburku dibelakang rumah ini, kemudian mereka melarikan diri, tapi untung, ulah perampok itu di bayar langsung ketika sebuah truk melindas tubuh mereka di perempatan jalan itu. Sebab itulah kampung ini di namakan kampung panca nila, yang maksudnya,  panca adalah lima pemuda itu, sedangkan nila adalah saya yang disangka hilang oleh orang kampung disini.  Kak abdil…..!!!, sekali lagi aku minta maaf ,tolong kubur kembali aku semestinya sebab aku adalah seorang muslimah, kak……!!!, aku pamit dulu, semoga kakak selalu bahagia amin, kak…. Aku mencintaimu, Wassalamualaikum.
          Aku pun akhirnnya siuman, begitu banyak orang disamping diriku, ketika kusadari aku telah  berada dirumah, teringat kejadian nila aku berusaha untuk bangkit, aku ceritakan semuanya kepada orang  bahwa mitos nila hilang itu ternyata palsu, bahwa sesungguhnya nila di bunuh bukannya hilang. Setelah itu akupun pergi kerumah nila, meskipun sebenarnya tubuhku  belum sehat, aku berjuang sekuat tenaga untuk mengubur kembali, serta menyolati nila sebagai mana mestinya, aku lega sebab bisa melepas nila denangan senyuman.
          Aku kembali kerumah namun sepertinya  ada yang aneh dengan  saku bajuku, aku lihat ternyata hanyalah sepucuk surat yang sedikit lusuh dari nila.

( To: kak Abdil Penggugah Hatiku )

Assalamualaikum
      Kak abdil!!!, terima kasih semuanya  sebab perjuangan kakak,
sekarang Nila sudah tenang,
Nila tidak mengharapkan cinta yang lebih dari dirimu,
tetapi seandainya waktu bisa  ku kendalikan,
maka aku akan putar untukkmu,
sekali lagi terima kasih kak, tanpa kakak nila bukan apa-apa,
dan nila titip syair ini untuk hatimu!!!.
Bila waktu datang untukku
Kemanakah aku akan membaginya
Bila semua ada dalam aksara
Kenapa aku hanya bagian dari sejarah
Sudahkah lama sisa waktu yang terhapus
Tapi kenapa goresannya tetap utuh
Dengan apakah aku usap darah yang pecah
Bila air mata tak mampu berhenti
Kak abdil.. bisakah aku berjumpa kembali
Bila seinci terkuas dalam masa lalu
Kak abdil……selamat jalan!!!.
( By: Bukan Nila Yang Hilang )

By: Kang Aaf
    (14 NOV 2012)


0 komentar:

Posting Komentar