Sabtu, 07 Februari 2015

KETIKA TAKDIR BERSYA’IR (Antologi cerpen demangan news edisi 23)

          KETIKA TAKDIR BERSYA’IR

          Hari ini adalah hari yang istimewa. Hari jum’at yang disebut hari terbaik, benar-benar sempurna. Suara bising kendaraan berlalu lalang, sesekali mendengar klakson mobil yang menyapa. Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh semua siswa SMA, karena hari ini adalah hari pengumuman kelulusan siswa Sekolah Menengah Atas.
          Perjuanganku terjawab sudah, tidak sia-sia perjuanganku hingga belasan tahun mengayun pena di bangku sekolah, karena aku lulus dengan nilai terbaik Di SMAN 1 Modung mengalahkan sainganku. Setelah agak jenuh memandang papan pengumuman, aku pergi menemui kekasihku, aku baru ingat kalau aku mau mondok ke Surabaya.
“Nazril…!” panggil Rina saat aku mau menghampirinya.
“ Rin, Ada sesuatu yang harus aku bicarakan padamu. Ini tentang hubungan kita setelah hari ini dan seterusnya.” Aku mencoba untuk menjelaskan.
“Maksud kakak apa? Jangan bilang kalau kakak ingin ninggalin Rina!” Tanya Rina, khawatir.
“ Rin, kamu benar. Kakak akan ninggalin Rina, tapi itu hanya sementara saja. Karna kakak besok pagi harus berangkat kesurabaya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren” jelasku pada Rina, walau aku tahu ia tidak akan kuasa dengan kejadian ini.  Airmatanyapun menggenang di pipinya.
Mungkin dia ingat waktu bersamaku. Karena hampir setiap hari aku mengajari materi pembelajaran yang ia tidak mengerti. Aku tahu dia sangat mencintaiku, aku takut ia kesepian tanpa diriku.
“ Ril, aku tak bisa jika harus tanpa dirimu di sisiku, aku harap kita akan selalu bersama” Lirih Rina dalam tangis di pelukanku.
           Setelah itu aku antar Rina pulang seperti biasa. Namun aku merasa telah mengiris hatinya, karna waktu dia membonceng di belakangku isak tangisnya masih kudengar. Sesampai Di Rumahnya aku berpamitan untuk yang sekian kalinya. “ Jadilah lebih mandiri walau tanpa kakak”.
          Setelah aku pulang dari rumah Rina, aku bergegas untuk beres-beres dan menyiapkan bekal untuk besok, semua baju dan sarung telah aku masukkan dalam tas besarku. Keesokan harinya ternyata hujan lebat membuat si Raja siang tersimpu malu menampakkan wajahnya, sesekali kilat menyambar menerangi jagat raya namun itu hanya sebentar. Aku di antar oleh keluarga besarku yang berangkat di tengah hujan yang merana.
          Hujan lebat yang mengguyur mulai tadi subuh membuat suasana indah bagi pecinta asmara, beda halnya dengan diri ini yang merasa kesepian tanpa Rina di sampingku.  Perlahan hujan mulai reda, pelangipun ikut merasakan kebahagiaan dengan berhentinya hujan. Tapi itu tidak seindah ketika aku bersama Rina. Setelah perjalanan yang panjang akhirnya kita sampai di ponpes yang penuh dengan kesederhanaan.
          Beberapa hari kemudian aku mulai sekolah madrasah dan kuliah di Surabaya. Fakultas yang aku pilih bukan sembarangan, sehingga membuat aku harus berfikir berkali-kali supaya waktuku tidak terbuang sia-sia. Tanpa aku sadari aku lupa tidak menghubungi Rina yang selalu merindu diantara embun di sore hari. Tanpa terasa 6 bulan aku lalui tanpa masalah. 3 hari lagi santri pulang kerumahnya masing-masing. Aku berniat untuk menemui Rina di Taman SMAN 1 Modung pada hari minggu nanti.
          Aku sekarang ada di rumah, perjalanan yang cukup melelahkan membuat tubuhku lemas dan letih. Sehingga aku tertidur pulas. Tanpa terasa adzan shubuh berkumandang di surau sana. Aku bergegas mengambil wudhu’ dan melaksanakan solat shubuh bersama keluargaku. Setelah raja siang mengintip di ufuk timur aku mencoba untuk menghubungi Rina berkali-kali, tapi tidak ada jawaban darinya. Sehingga aku putuskan untuk pergi kerumahnya.
          Aku pergi kerumah Rina, namun hasilnya Nihil. Aku mencoba untuk mengunjungi rumah sahabatku yang kebetulan tidak jauh dari rumahnya Rina. Setelah aku sampai aku langsung bertanya tentang Rina. “ wan, Apa yang terjadi sama Rina, apa mungkin ia sudah punya cowok yang lain?”. Ridwan hanya tersenyum. “ boy, kamu salah menilai dia,  dia itu orangnya setia dia selalu menunggu kabar darimu, tapi kenapa kamu tidak pernah hubungi dia?”
“ apakah, yang kamu katakan itu benar?  Ya sudah, aku mau minta maaf sama Rina.  Aku yakin dia ada di suatu tempat yang memadukan cinta kita”  Gegasku berangkat.
          Setelah sampai di Taman SMAN 1 Modung, aku melihat Rina duduk manis di Ayunan kayu yang pernah aku buat dulu. “ Rina, maafin kakak yac, karna selama ini kakak terlalu sibuk dengan sekolah kakak, sehingga lupa untuk menghubungi Rina”. Sapaku memohon di depannya.
“ Hm, aku mengerti kok kak! Keadaan seakan-akan memisahkan kita. Namun aku percaya sama hati ini dan segenggam kepercayaan yang aku berikan pada kakak, tidak akan kakak sia-siakan” jawab Rina pelan, sehingga aku larut dalam haru.
“ kakak merasa menjadi orang yang paling beruntung telah mendapat segenggam kepercayaan dari wanita sepertimu de’..!,  tidak mungkin kakak menyia-nyiakannya”.
          Hari-hari berjalan dengan sejuta kepastian rahmat Ilahi robby. Aku bahagia karna segenggam kepercayaan itu bersemi menjadi taman bahagia kami dalam mengarungi bahtera cinta sejati. “TERIMAKASIH RINA”.

“Cinta tak selamanya menjadi arah kepercayaan.
Namun, Kepercayaan  menjadi jalan menuju arah Cinta yang sejati”.
                                                                            (Mr. Adriands Mhr)

By: Syaifullah Nazril B-07 n Crew DN
       SESSYAILZ GROUP



0 komentar:

Posting Komentar