Kamis, 29 Januari 2015

DEMI CINTA KUTINGGALKAN ILMU (Cerpen Demangan news Edisi 16)

DEMI CINTA KUTINGGALKAN ILMU

Allah tidak pernah menuntut kita berhasil tapi Allah menuntut kita mencoba dan berusaha dengan disertai doa. "suara itu mengagetkanku, terlihat enteng namun berbobot. "eh….mba' Rani" ucapku. Sudahlah yang terjadi biarlah berlalu, bangkitlah jangan biarkan dirimu terbelenggu oleh kesalahan yang sudah terjadi. "kau benar Mba' terimakasih atas motivasi yang kau berikan." Sejak pertemuanku dengan Mba' Rani tiada hari bagiku untuk tidak belajar karna aku takut tidak lulus lagi. Hari demi hari kulalui dengan elastis dan terus belajar, hingga waktu ujian semester satu pun sudah dekat. "hai Nansy.. ko' ngelamun, emang apa yang sedang kau pikirkan…"? "eh Mba' Rani.. Aku hanya bingung waktu ujian hampir tiba dan ini merupakan ujian harapan awal aku untuk membuktikan kalau nilai ujianku tidak akan ambrok lagi." "itu jawaban yang aku tunggu-tunggu dari dulu. Kamu harus menjadi orang yang optimis bukan pesimis." "doa kan aku Mba' agar aku bisa mengerjakan ujian dengan lancar dan sukses." " Amin……… Ucap Mba' Rani."
Waktu terus bergulir hingga tibalah ujian Nansy pun menjalani ujian dengan lancer, karna sudah ada persiapan sebelumnya. Dan ta' terasa waktu ujian pun telah selesai hingga menunggu hasil selang berapa hari, waktu pengumuman pun tiba. Hati Nansy sedih dan resah tak karuan. Takut kejadian tahun lalu terulang kembali (tidak lulus) karna keresahannya sampai ia ta' sadar kalau namanya di panggil berulang-ulang. "Nansy…Nansy….namamu dipanggil dan kamu sebangai peringkat pertama, selamat yach." Ucap Maba' Rani. Tanpa Nansy sadari butiran air mata jatuh dari kelopak matanya yang indah. "mengapa kamu menangis Nansy waktu adalah uang tiada hari tanpa belajar sehingga prestasi demi prestasi diraihnya. Dan gelar anak kutu buku disandangnya. Di saat Nansy sibuk-sibuknya membaca buku tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilanya. "Nansy, kamu ditunggu keluarganya dibalai pemanggilan." "oke, makasih guys." nampak muka Nansy yang anggun dengan sungging senyum di bibirnya. "assalamualaikum Abi." "Waalaikum salam." "tumben Abi berkunjung kesini sekarang kan bukan waktunya."? "Abi ingin mengajakmu pulang, ummi kamu sakit dan terus memanggil-manggil kamu." "emang ummi sakit apa Abi?" kalau saya pulang saya takut ketinggalan pelajaran." "ketinggalan sedikit saja ga' apa-apa, penyakit jantung ummi kamu kambuh lagi, Abi sudah pamitin kamu ke Bu Nyai sekarang kamu ambil seragam dan kita akan berangkat langsung ke rumah sakit. "baik Abi, jawabku terpaksa karna aku ta' ingin Abi kecewa. setibanya dirumah sakit kulihat semua anggota keluargaku sudah berkumpul termasuk mas Nabil tunanganku. Dengan langkah goyah ku langkahkan kakiku menemui Ummi. "Nansy anakku."? "labbaik ya…Ummi." "sayang umur Ummi tinggal sebentar lagi dan sebelum Ummi pergi, Ummi pengen melihat kamu menikah. "Ummi jangan bilang begitu." Yakinlah u+Mmi pasti sembuh.
Tanpa ku sadari Ummi sudah tak sadarkan diri. isak tangisku membahana bagiku permintaan Ummi begitu terasa berat karna aku masih menuntut ilmu dan usiaku relative dini. Ya...Allah aku bingung. "mas Nabil apakah mas sudah siap untuk menikahiku." "Insya Alloh." Ucap Nabil. "tapi aku belum siap mas, diusiaku yang belia keadaanku masih tidak lebih dan aku masih semangatnya mencari ilmu. "ia saya tau Nansy, tapi ini permintaan terakhir ummi kamu, yakinlah bahwa ridholloh fi ridho walidain. Mungkin ini terbaik karna Alloh tidak pernah dholim pada hambanya. "kenapa Mas bilang begitu, mas Nabil egois, mas tidak memikirkan perasaanku." Aku memikirkan perasaanmu, tapi aku tak mampu menolak permintaan Ummi mu." "Nansy memanggilmu." "baik Abi." Tanpa piker panjang lagi Nansy pun segera menghampiri Umminya. "Nansy Ummi sudah minta Abi mu datangkan penghulu. Dan Ummi ingin melakukan akat hari ini juga. Kamu siap kan sayang. "insya allah Ummi." Ucapku yang disertai tangis walaupun hatiku menjerit aku paksakan demi kebahagian Ummi. Selamat tinggal masa remajaku, selamat tinggal pondok pesantrenku  demi cinta dan baktiku pada ummi aku tinggalkan ilmu. "terima kasih sayang kamu telah memenuhi permintaan Ummi, maafkan Ummi karma Ummi egois." "tidak Ummi, aku bahagia dengan pernikahan ini. Ummi bangun Ummi…Ummi….Ummiii…….innalillahi wainnailaihi rojiun detik jam seakan berhenti bersamaan dengan berhentinya detik jantung Ummi. Selamat jalan Ummi semoga bahagia di dalam sana amin……

Oleh: Ria Iqnasiyah

0 komentar:

Posting Komentar