Langit begitu indah dan cerah diangkasa
khayalan, dengan dihiasi warna-warni pelangi yang begitu mempesona, ada rasa
dan hasrat yang bergejolak di kalbu tuk menikmati indahnya suasana senyapnya di
pagi hari. Kicauan burung-burung syahdu nan merdu serta sejuknya tetesan embun
pagi yang mengalir membasahi tubuh, dedaunan hijau mampu memikat setiap mata
sang pecinta.
Pagi
yang cerah seorang santri bernama Nia Mery Rezkia sedang sibuk menyelesaikan
aktivitasnya di pondok, karena hari ini
kebetulan hari Jum’at jadi setiap santri mempunyai aktivitas sendiri-sendiri. Di
tengah-tengah kesibukan yang masih diselesaikan oleh Nia Mery Rezkia panggilan
akrab Nia tiba-tiba ada seorang santri menghampirinya.
“Hai…
Nia. Sapa Fitri sahabat Nia seraya menghampirinya. By the way lho tahu
ga’ apa yang gue bawa buat lho?” Tanya Fitri.
“Kalau
engga’ dikasih tahu, mana gue tahu”. Jawab Nia simpel. “Ini ada surat to lho dari “Rama”.
Ucap Fitri sambil lalu menyelipkan surat
titipan Rama di balik saku baju Nia. “Maksud lho…? Ya ampun Fit Thank’ banget
ya”… bisik Nia agak gugup.
“Ia…
Nia sama-sama”. Balas Fitri. Nia segera bergegas menuju ke dalam kamar dengan
di iringi sedikit senyum di wajah cantiknya. Setibanya di kamar, perlahan Nia
membuka lipatan surat
dari kekasihnya tersebut.
To:
kekasihku
Assalamualaikum Wr. Wb.
Ku rangkai bait-bait kata, hanyalah
demi kekasih ku. Walau sebenarnya diri ini bukanlah seorang pujangga yang
pandai merangkai kata, yang bisa menghipnotis jiwa manusia tuk bertekuk lutut dihadapanku. Tapi rindu ini membunuhku tuk menyusun kata
demi kata. My darling… hati ini gelisah, menahan rindu yang bergejolak, hasrat ingin
bertemu menatap indah wajahmu. Tapi, itu tak mungkin karena aku tahu ini bukan
tempatnya.
Ingin ku menangis, namun ku yakin isak tangisku
ini hanyalah derita kecil. Ingin ku tersenyum namun ku yakin, mereka akan
menganggapku majnun. Ingin ku berteriak namun, apa kata dunia? Mereka
pasti akan menertawakan tingkahku yang begitu norak. Ingin ku mengeluh…Namun ku
yakin mereka takkan pernah mengerti dan memahami akan derita ini. Ingin ku
mengadu…tapi, rasa malu ini selalu datang menghapiriku setiap waktu.
Kenapa rasa ini begitu menyiksa?
Mengapa harus cinta? Meskipun indah terasa, padahal aku tahu cinta bukanlah
buah surga dan racun yang mematikan. Ku harap kau juga merasakan apa yang aku
rasakan saat ini, tapi aku juga berharap kalau konsertrasi
belajarmu juga tetap menggebu laksana gejolak rinduku padamu. Nia sayang…
mungkin cukup sampai disi jeritan hatiku. Semoga adanya kertas yang tak berbaju
ini mampu mengobati rasa rinduku yang begitu mendalam padamu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ttd
Pujaan Hatimu
Selesai
membaca surat dari Rama, Nia pun terdiam mengingat
kembali isi surat
dari Rama yang baru saja selesai dibaca. Hari berganti hari bulan berganti
bulan bahkan tahun berganti tahun. Hubungan cinta Rama dan Nia berjalan dengan
baik-baik saja. Angin bertiup kencang, matahari tak mampu lagi tuk bersinar karena
tertutup awan hitam kelabu. Menjadikan suasana semakin hening ditambah lagi
kegiatan Pondok sedang kosong karena jam istrahat para santri, baik itu putra maupun
putri. Rama duduk termenung diteras kamarnya. Tiba-tiba seorang teman
menghampirinya sambil lalu menepuk pundak Rama. Hai Bro… lho menyendiri di sini,
mikirin apaan sich, lho punya masalah ya?” pertanyaan terlontar dari mulut
Rian.
“Ah..
lho ada-ada aja! gue gak kenapa-kenapa, gue cuman lagi pengin sendiri aja”.
Jawab Rama.
“ Syukurlah kalau lho gak ada
masalah. Tapi gue disini gak ngeganggu acara lamunan lho kan?” Ucap Rian.
“Ya…
gak lah, malah gue seneng lho mau nemenin gue”. Sahut Rama.
“Hem..
ya udah kalau gitu, Gue pengin curhat ama lho Ram. Bolehkan..?”
“Boleh-boleh aja. Emangnya lho mau curhat
tentang apa..?” Rama balik nanya.
“Tapi
sebelum gue curhat, gue pengin nanyain sesuatu ama lho, lanjutnya. Menurut lho
apa sich hakikat cinta yang sesungguhnya dan sedalam mana lho menilai cinta,
selama lho merasakan dan mengenal yang namanya cinta”.
“
Menurut gue… haikikat cinta adalah….. cinta itu fitrah, cinta bukanlah mimpi
yang datang saat tidur dan pergi kala bangun... tapi cinta itu adalah harapan
yang lahir dari hati... tumbuh dalam jiwa, bersemi dalam kalbu dan menjelma
kasih sayang yang tulus dan abadi, karena cinta itu anugrah dari yang maha
kuasa yang harus kita jaga”.
“Apa
aku bersalah bila aku mencintai orang yang belum tentu mencintaiku?” tanya Rian
memotong pembicaraan Rama.
“Cinta
tak pernah salah, bersyukurlah kau masih bisa mencintai seseorang, meskipun
orang tersebut belum tentu mencintamu. Yang penting saat ini lho mencintainya
dengan tulus serta berusaha mendapatkan cinta sejatinya. Ingat Rian, jangan pernah
merasa bersalah karena telah mencintainya. Hakikatnya, cinta itu tak pernah
salah, hanya saja kadang sang pencintanya yang salah mengartikan dan mem-posisi-kan
cinta pada tempatnya. Hingga mereka mempunyai penilaian yang berbeda-beda
mengenai cinta itu sendiri. Sedikit saran dariku untukmu, sebelum kau melangkah
menuju dermaga cinta, iringilah langkahmu dengan do’a dan usaha. Dan jika nantinya
kau membangun mahligai cinta, maka bangunlah dengan ketulusan dan keikhlasan di
hatimu menuju ridlho Ilahi Rabby. Jangan pernah sedikitpun kau nodai
cintamu dengan hawa nafsu dan birahi yang akan mendorongmu kejalan maksiat.
Ingatlah.. Rian..!! cinta sejati itu ada. Laksana sejatinya cinta nabi Adam dan
Bunda Hawa. Kamu harus tau itu.”
“
Makasih ya Ram.. gue akan selalu mengingat pesan bijakmu. Sekali lagi
makasih ya Ram.. gue akan menyimpan
semua motivasi positif yang telah lho tuangkan padaku di memory ingatanku.
Semoga ini menjadi awal yang indah menuju cinta yang sempurna.”
Allahu
Akbar….. Allahu Akbar….Suara adzan dhuhur terdengar syahdu dari musholla
mengiang di telinga menyentuh kalbu, menggerakkan bibir tuk menyebut namanya.
“Astaghfirullah!!,
udah waktunya shalat Dhuhur Rian”. Ucap Rama.
“Ya udah curhatnya kita lanjutin
kapan-kapan aja, Soalnya gue belum wudlu’. Gue cabut dulu ya. Rian hanya
menganguk.” pada Rama.
Seminggu
kemudian Rian menghapiri Rama yang sedang asyik menyantap hidangan di sebuah
kantin pondok, selesai makan Rian tak segan-segan memulai pembicaraan yang
sempat bersambung di episode minggu yang lalu.
“Hari
ini kan hari
jum’at, sekolah libur, otomatis kita nyantai seharian. Tapi yang mau gue
tanyain sore ini, lho ada aktivitas ga’?”
“Hem…
kayaknya ga’ ada dech. Emang ada apaan?” Rama balik nanya.
“Lho
bisa ga’ ikut gue manggil gadis yang pernah gue ceritain ke lho kemarin. Untuk surat izinnya gue udah
beli dan dapat tanda tangan resmi dari Kapdar. Gue yakin lho ngga’ bakalan
nolak ajakan gue, please!! ya Ram, bantu gue mendapatkan cinta pertama gue kali
ini aja…” Rian memohon pada Rama.
“oke.
Ucap Rama. “Makasih ya Ram”. Ucap Rian. Ya dah…kita ke balai pemanggilan putri,
sekarang”. Ajak Rian menarik tangan Rama.
“Oups…
sabar dulu gue masih mau nganterin catatan penting Dosen ke kantor dulu, lho
duluan aja entar gue nyusul”. Jelas Rama. “Oke! Kalau gitu gue cabut dulu. Lho
harus nyusul dan bantu gue. Ia..
ia gue janji”. Sahut Rama.
Rian pun menghilang dari hadapan Rama menuju
balai pemanggilan putri. Surat
izin diserahkan pada petugas “Contek” terdengar di setiap asrama dari
arah sound yang berjejeran di sebuah panggilan “Nia Mery Rezkia dari Surabaya Asrama
al-Muhabbah di tunggu kakaknya di kantor pemanggilan”. Sejenak asrama al-Muhabbah
mulai rame oleh suara mbak-mbak yang saling membeiri tahu tentang
panggilan itu.
“Nia…
lho dipanggil”. Ucap Fitri memberi tahu. Paling-paling kakak lho Rendi pulang
dari Surabaya. Oh
ya, salam ya buat Rendi. Kata Fitri.
“Oky!
Tenang aja Fit, salam lho bakalan gue sampaikan pada kak.” Kata Nia. Nia terlihat
sangat manis. Nia pun segera turun dengan senyum bahagia di wajahnya yang
cantik. Tiba di balai pemanggilan Nia kebingungan mencari siapa sebenarnya
orang yang telah memanggilnya.
“Mbak,
sini mbak…!” Panggil petugas contek.
“Ia
ada apa mbak”. Nia menghadap.
“jangan
lama-lama 10 menit, dan itu laki-laki yang manggil kamu. Ucap petugas contek., membuat
Nia tertunduk malu. Dengan langkah berat hati, Nia menghampiri Rian yang sedari
tadi memperhatikan Nia. Namun Nia duduk di depannya yang sangat tidak mungkin,
tapi demi menghargai dan menjaga perasaan Rian akhirnya dengan sangat terpaksa Nia
duduk di depan Rian.
“Sebelumnya maaf kalau kedatanganku kesini
mengganggu aktivitasmu. Oh ya gimana kabarmu?” Percakapanpun dimulai oleh Rian.
“Alhamdulillah seperti yang kamu lihat”. Jawab Nia dengan wajah tertunduk.
“Nia sebelumnya maaf, gue kesini pengen ngomongin
pribadiku, mungkin ini tak begitu penting dan hanya membuang waktu bagimu,
mendengarkan apa yang akan gue sampaikan ke lho. Tap bagiku ini sangatlah penting
untuk kuucapkan, karena kalau tidak, mungkin perasaanku akan tersiksa. Jadi
sebelum terlambat gue pengin ngungkapin semuanya padamu. Jujur sebelumnya gue
udah minta pendapat pada sebagian teman-temanku mengenai hal ini. Dan ternyata
mereka mendukung dan memberi motivasi positif pada gue. Nia udah lama aku
pengin ngungkapin perasaanku padamu, bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu.” Ungkapan
itu membuat hati Nia terkejut. Suasana di antara keduanya mulai hening, yang
ada hanyalah desiran nafas Rian dan Nia.
“Nia.. kenapa lho diam. Lho bisa kan, ngasih jawaban atas apa yang telah gue
ungkapkan?” Bisik Rian.
“Tapi… gue?” ucap Nia.
“Gue ngerti
lho butuh waktu untuk berpikir menjawab semua ini. Baiklah terserah lho, gue akan ngasih waktu untuk lho, agar lho berpikir
tentang semua ini. Tapi sampai kapanpun aku tetap menunggu jawaban lho”. Ucap Rian.
“Rian… sebenarnya gue…”
“Eh tuch dia teman gue
udah datang.” Putus Rian. Nia hanya terdiam tertunduk menahan linangan air
mata. Posisi Nia yang membelakangi pintu Pemanggilan membuatnya tidak melihat
siapa yang telah datang.
“Sini duduk kata Rian mempersilahkan Rama. Rama pun duduk
di samping Rian. pandangannyapun mulai tertuju pada Nia. Karena rasa
penasarannya, Nia pun mengangkat kepalanya merasakan ada teman Rian duduk di depannya.
Kedua insan itu terkejut melihat kenyataan yang telah terjadi pada diri mereka,
hati Rama teriris luka laksana pedang menusuk di hatinya, setelah mengetahi
bahwa orang yang Rian ceritakan adalah kekasihnya sendiri. Nia pun segera
menunduk kembali, menahan air mata yang hampir mengalir menghiasi wajah
sedihnya. Rama tercengang, namun ia berusaha tersenyum di hadapan Rian. Memerankan
perannya dalam sebuah kisah cinta segi tiga yang mana sandiwara ini hanya
diketahui oleh Nia seorang.
“Lho ko’ pada diem, ini kenalin teman baik gue Rama,
dan ini Nia, gadis yang pernah gue certain ama lho. Gimana cantik kan? “tanya Rian.
“Cantik…. Ri, kau tak salah memilih gadis secantik dia.
Gue mendukung kalian berdua. Karena kebahagiaan sahabatku adalah kebahagiaan
gue juga. Selamat ya Ri, semoga kalian
bukan hanya menjadi sepasang kekasih, tapi juga menjadi sepasang suami istri.
Kata-kata itu keluar begitu saja tanpa Rama sadari. Dan buat lho mbak Nia ….
Jagalah Rian sahabat gue, bahagiakan Rian, karena hanya mbak yang bisa
membahagiakan hatinya. Karena mbak lah cinta pertama dan trahir Rian. Mendengar
kata-kata Rama. Nia hanya bisa diam tak ada sepatah katapun yang keluar dari
mulutnya. Kini air matapun sudah tidak terbendung lagi. Batinnya menangis
memberontak, namun tak ada satu orangpun yang mendengarnya. “Ya udah gue dan
Rama balik ke pondok putra, soalnya sebentar lagi mau melaksanakan sholat
Jum’at, makasih ya Nia atas waktunya. Kutunggu jawabanmu.” Ucap Rian penuh
bahagia. Setelah sholat Jum’at selesai,
Nia terburu-buru pergi kebawah untuk menunggu Rama dan Rian di pintu
gerbang dan menjelaskan tentang hubungan mereka
bertiga. ketepatan pada saat itu Rama dan Rian pulang bersama dari
masjid agung, Nia pun langsung memanggil dan mempersilahkan duduk dihadapannya.
Rian sebenarnya aku sudah mempunyai sandaran hati mulai dulu, aku sudah
berjanji sehidup dan semati di dunia dan akhirat bersamanya. Kalau boleh tahu
siapa laki-laki yang menjadi pemuja rahasia hatimu? Nia langsung menarik nafas
satu demi satu seraya berkata dia adalah sahabat karibmu yakni Rama. Mendengar
perkataan dan ketulusan Nia tuk mencinta Rama, Rian langsung tersenyum dan
banggga punya temen yang menahan cintanya demi kebahagiannya. Sekarang aku bersumpah kepada sang pencipta
petala tujuh langit yang menciptkan cintaa . aku akan menjadi orang yang
pertama pendukung bagi cinta kalain berdua sampai kejenjang mahlegai
pernikahan.Ucap Rian sambil meneteskan air mata. Trimaksih sahabat karena kau
telah mengerti dengan keadaaku yang sekarang ini. Timpal Rama dengan rasa penuh
kasih sayang.
By: M. S. @rifin C07
Wadik’s Putra
0 komentar:
Posting Komentar