Kamis, 04 September 2014

Mengapa Harus Cinta??? (Cerpen Demangan News PPSMCH)




Langit begitu indah dan cerah diangkasa khayalan, dengan dihiasi warna-warni pelangi yang begitu mempesona, ada rasa dan hasrat yang bergejolak di kalbu tuk menikmati indahnya suasana senyapnya di pagi hari. Kicauan burung-burung syahdu nan merdu serta sejuknya tetesan embun pagi yang mengalir membasahi tubuh, dedaunan hijau mampu memikat setiap mata sang pecinta.
Pagi yang cerah seorang santri bernama Nia Mery Rezkia sedang sibuk menyelesaikan aktivitasnya di  pondok, karena hari ini kebetulan hari Jum’at jadi setiap santri mempunyai aktivitas sendiri-sendiri. Di tengah-tengah kesibukan yang masih diselesaikan oleh Nia Mery Rezkia panggilan akrab Nia tiba-tiba ada seorang santri menghampirinya.
“Hai… Nia. Sapa Fitri sahabat Nia seraya menghampirinya. By the way lho tahu ga’ apa yang gue bawa buat lho?” Tanya Fitri.
“Kalau engga’ dikasih tahu, mana gue tahu”. Jawab Nia simpel. “Ini ada surat to lho dari “Rama”. Ucap Fitri sambil lalu menyelipkan surat titipan Rama di balik saku baju Nia. “Maksud lho…? Ya ampun Fit Thank’ banget ya”… bisik Nia agak gugup.
“Ia… Nia sama-sama”. Balas Fitri. Nia segera bergegas menuju ke dalam kamar dengan di iringi sedikit senyum di wajah cantiknya. Setibanya di kamar, perlahan Nia membuka lipatan surat dari kekasihnya tersebut.

To: kekasihku
Assalamualaikum  Wr. Wb.
Ku rangkai bait-bait kata, hanyalah demi kekasih ku. Walau sebenarnya diri ini bukanlah seorang pujangga yang pandai merangkai kata, yang bisa menghipnotis jiwa manusia tuk bertekuk lutut dihadapanku.  Tapi rindu ini membunuhku tuk menyusun kata demi kata. My darling… hati ini gelisah,  menahan rindu yang bergejolak, hasrat ingin bertemu menatap indah wajahmu. Tapi, itu tak mungkin karena aku tahu ini bukan tempatnya.
Ingin ku menangis, namun ku yakin isak tangisku ini hanyalah derita kecil. Ingin ku tersenyum namun ku yakin, mereka akan menganggapku majnun. Ingin ku berteriak namun, apa kata dunia? Mereka pasti akan menertawakan tingkahku yang begitu norak. Ingin ku mengeluh…Namun ku yakin mereka takkan pernah mengerti dan memahami akan derita ini. Ingin ku mengadu…tapi, rasa malu ini selalu datang menghapiriku setiap waktu.
Kenapa rasa ini begitu menyiksa? Mengapa harus cinta? Meskipun indah terasa, padahal aku tahu cinta bukanlah buah surga dan racun yang mematikan. Ku harap kau juga merasakan apa yang aku rasakan  saat ini,  tapi aku juga berharap kalau konsertrasi belajarmu juga tetap menggebu laksana gejolak rinduku padamu. Nia sayang… mungkin cukup sampai disi jeritan hatiku. Semoga adanya kertas yang tak berbaju ini mampu mengobati rasa rinduku yang begitu mendalam padamu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ttd
   Pujaan Hatimu

Selesai membaca surat dari Rama, Nia pun terdiam mengingat kembali isi surat dari Rama yang baru saja selesai dibaca. Hari berganti hari bulan berganti bulan bahkan tahun berganti tahun. Hubungan cinta Rama dan Nia berjalan dengan baik-baik saja. Angin bertiup kencang, matahari tak mampu lagi tuk bersinar karena tertutup awan hitam kelabu. Menjadikan suasana semakin hening ditambah lagi kegiatan Pondok sedang kosong karena jam istrahat para santri, baik itu putra maupun putri. Rama duduk termenung diteras kamarnya. Tiba-tiba seorang teman menghampirinya sambil lalu menepuk pundak Rama. Hai Bro… lho menyendiri di sini, mikirin apaan sich, lho punya masalah ya?” pertanyaan terlontar dari mulut Rian.
“Ah.. lho ada-ada aja! gue gak kenapa-kenapa, gue cuman lagi pengin sendiri aja”. Jawab Rama.
“ Syukurlah kalau lho gak ada masalah. Tapi gue disini gak ngeganggu acara lamunan lho kan?” Ucap Rian.
“Ya… gak lah, malah gue seneng lho mau nemenin gue”. Sahut Rama.
“Hem.. ya udah kalau gitu, Gue pengin curhat ama lho Ram. Bolehkan..?”
 “Boleh-boleh aja. Emangnya lho mau curhat tentang apa..?” Rama balik nanya.
“Tapi sebelum gue curhat, gue pengin nanyain sesuatu ama lho, lanjutnya. Menurut lho apa sich hakikat cinta yang sesungguhnya dan sedalam mana lho menilai cinta, selama lho merasakan dan mengenal yang namanya cinta”.
“ Menurut gue… haikikat cinta adalah….. cinta itu fitrah, cinta bukanlah mimpi yang datang saat tidur dan pergi kala bangun... tapi cinta itu adalah harapan yang lahir dari hati... tumbuh dalam jiwa, bersemi dalam kalbu dan menjelma kasih sayang yang tulus dan abadi, karena cinta itu anugrah dari yang maha kuasa yang harus kita jaga”.
“Apa aku bersalah bila aku mencintai orang yang belum tentu mencintaiku?” tanya Rian memotong pembicaraan Rama.
“Cinta tak pernah salah, bersyukurlah kau masih bisa mencintai seseorang, meskipun orang tersebut belum tentu mencintamu. Yang penting saat ini lho mencintainya dengan tulus serta berusaha mendapatkan cinta sejatinya. Ingat Rian, jangan pernah merasa bersalah karena telah mencintainya. Hakikatnya, cinta itu tak pernah salah, hanya saja kadang sang pencintanya yang salah mengartikan dan mem-posisi-kan cinta pada tempatnya. Hingga mereka mempunyai penilaian yang berbeda-beda mengenai cinta itu sendiri. Sedikit saran dariku untukmu, sebelum kau melangkah menuju dermaga cinta, iringilah langkahmu dengan do’a dan usaha. Dan jika nantinya kau membangun mahligai cinta, maka bangunlah dengan ketulusan dan keikhlasan di hatimu menuju ridlho Ilahi Rabby. Jangan pernah sedikitpun kau nodai cintamu dengan hawa nafsu dan birahi yang akan mendorongmu kejalan maksiat. Ingatlah.. Rian..!! cinta sejati itu ada. Laksana sejatinya cinta nabi Adam dan Bunda Hawa. Kamu harus tau itu.”
“ Makasih ya Ram.. gue akan selalu mengingat pesan bijakmu. Sekali lagi makasih  ya Ram.. gue akan menyimpan semua motivasi positif yang telah lho tuangkan padaku di memory ingatanku. Semoga ini menjadi awal yang indah menuju cinta yang sempurna.”
Allahu Akbar….. Allahu Akbar….Suara adzan dhuhur terdengar syahdu dari musholla mengiang di telinga menyentuh kalbu, menggerakkan bibir tuk menyebut namanya.
“Astaghfirullah!!, udah waktunya shalat Dhuhur Rian”. Ucap Rama.
“Ya udah curhatnya kita lanjutin kapan-kapan aja, Soalnya gue belum wudlu’. Gue cabut dulu ya. Rian hanya menganguk.” pada Rama.
Seminggu kemudian Rian menghapiri Rama yang sedang asyik menyantap hidangan di sebuah kantin pondok, selesai makan Rian tak segan-segan memulai pembicaraan yang sempat bersambung di episode minggu yang lalu.
“Hari ini kan hari jum’at, sekolah libur, otomatis kita nyantai seharian. Tapi yang mau gue tanyain sore ini, lho ada aktivitas ga’?”
“Hem… kayaknya ga’ ada dech. Emang ada apaan?” Rama balik nanya.
“Lho bisa ga’ ikut gue manggil gadis yang pernah gue ceritain ke lho kemarin. Untuk surat izinnya gue udah beli dan dapat tanda tangan resmi dari Kapdar. Gue yakin lho ngga’ bakalan nolak ajakan gue, please!! ya Ram, bantu gue mendapatkan cinta pertama gue kali ini aja…” Rian memohon pada Rama.
“oke. Ucap Rama. “Makasih ya Ram”. Ucap Rian. Ya dah…kita ke balai pemanggilan putri, sekarang”. Ajak Rian menarik tangan Rama.
“Oups… sabar dulu gue masih mau nganterin catatan penting Dosen ke kantor dulu, lho duluan aja entar gue nyusul”. Jelas Rama. “Oke! Kalau gitu gue cabut dulu. Lho harus nyusul dan bantu gue. Ia.. ia gue janji”. Sahut Rama.
 Rian pun menghilang dari hadapan Rama menuju balai pemanggilan putri. Surat izin diserahkan pada petugas “Contek” terdengar di setiap asrama dari arah sound yang berjejeran di sebuah panggilan “Nia Mery Rezkia dari Surabaya Asrama al-Muhabbah di tunggu kakaknya di kantor pemanggilan”. Sejenak asrama al-Muhabbah mulai rame oleh suara mbak-mbak yang saling membeiri tahu tentang panggilan itu.
“Nia… lho dipanggil”. Ucap Fitri memberi tahu. Paling-paling kakak lho Rendi pulang dari Surabaya. Oh ya, salam ya buat Rendi. Kata Fitri.
“Oky! Tenang aja Fit, salam lho bakalan gue sampaikan pada kak.” Kata Nia. Nia terlihat sangat manis. Nia pun segera turun dengan senyum bahagia di wajahnya yang cantik. Tiba di balai pemanggilan Nia kebingungan mencari siapa sebenarnya orang yang telah memanggilnya.
“Mbak, sini mbak…!” Panggil petugas contek.
“Ia ada apa mbak”. Nia menghadap.
“jangan lama-lama 10 menit, dan itu laki-laki yang manggil kamu. Ucap petugas contek., membuat Nia tertunduk malu. Dengan langkah berat hati, Nia menghampiri Rian yang sedari tadi memperhatikan Nia. Namun Nia duduk di depannya yang sangat tidak mungkin, tapi demi menghargai dan menjaga perasaan Rian akhirnya dengan sangat terpaksa Nia duduk di depan Rian.
“Sebelumnya maaf kalau kedatanganku kesini mengganggu aktivitasmu. Oh ya gimana kabarmu?” Percakapanpun dimulai oleh Rian. “Alhamdulillah seperti yang kamu lihat”. Jawab Nia dengan wajah tertunduk.
“Nia sebelumnya maaf, gue kesini pengen ngomongin pribadiku, mungkin ini tak begitu penting dan hanya membuang waktu bagimu, mendengarkan apa yang akan gue sampaikan ke lho. Tap bagiku ini sangatlah penting untuk kuucapkan, karena kalau tidak, mungkin perasaanku akan tersiksa. Jadi sebelum terlambat gue pengin ngungkapin semuanya padamu. Jujur sebelumnya gue udah minta pendapat pada sebagian teman-temanku mengenai hal ini. Dan ternyata mereka mendukung dan memberi motivasi positif pada gue. Nia udah lama aku pengin ngungkapin perasaanku padamu, bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu.” Ungkapan itu membuat hati Nia terkejut. Suasana di antara keduanya mulai hening, yang ada hanyalah desiran nafas Rian dan Nia.
“Nia.. kenapa lho diam. Lho bisa kan, ngasih jawaban atas apa yang telah gue ungkapkan?” Bisik Rian.
“Tapi… gue?” ucap Nia.
 “Gue ngerti lho butuh waktu untuk berpikir menjawab semua ini. Baiklah terserah lho, gue  akan ngasih waktu untuk lho, agar lho berpikir tentang semua ini. Tapi sampai kapanpun aku tetap menunggu jawaban lho”. Ucap Rian.
“Rian… sebenarnya gue…”
“Eh tuch dia teman gue udah datang.” Putus Rian. Nia hanya terdiam tertunduk menahan linangan air mata. Posisi Nia yang membelakangi pintu Pemanggilan membuatnya tidak melihat siapa yang telah datang.
“Sini duduk kata Rian mempersilahkan Rama. Rama pun duduk di samping Rian. pandangannyapun mulai tertuju pada Nia. Karena rasa penasarannya, Nia pun mengangkat kepalanya merasakan ada teman Rian duduk di depannya. Kedua insan itu terkejut melihat kenyataan yang telah terjadi pada diri mereka, hati Rama teriris luka laksana pedang menusuk di hatinya, setelah mengetahi bahwa orang yang Rian ceritakan adalah kekasihnya sendiri. Nia pun segera menunduk kembali, menahan air mata yang hampir mengalir menghiasi wajah sedihnya. Rama tercengang, namun ia berusaha tersenyum di hadapan Rian. Memerankan perannya dalam sebuah kisah cinta segi tiga yang mana sandiwara ini hanya diketahui oleh Nia seorang.
“Lho ko’ pada diem, ini kenalin teman baik gue Rama, dan ini Nia, gadis yang pernah gue certain ama lho. Gimana cantik kan? “tanya Rian.
“Cantik…. Ri, kau tak salah memilih gadis secantik dia. Gue mendukung kalian berdua. Karena kebahagiaan sahabatku adalah kebahagiaan gue juga. Selamat ya Ri, semoga  kalian bukan hanya menjadi sepasang kekasih, tapi juga menjadi sepasang suami istri. Kata-kata itu keluar begitu saja tanpa Rama sadari. Dan buat lho mbak Nia …. Jagalah Rian sahabat gue, bahagiakan Rian, karena hanya mbak yang bisa membahagiakan hatinya. Karena mbak lah cinta pertama dan trahir Rian. Mendengar kata-kata Rama. Nia hanya bisa diam tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kini air matapun sudah tidak terbendung lagi. Batinnya menangis memberontak, namun tak ada satu orangpun yang mendengarnya. “Ya udah gue dan Rama balik ke pondok putra, soalnya sebentar lagi mau melaksanakan sholat Jum’at, makasih ya Nia atas waktunya. Kutunggu jawabanmu.” Ucap Rian penuh bahagia. Setelah sholat Jum’at  selesai,  Nia terburu-buru pergi kebawah untuk menunggu Rama dan Rian di pintu gerbang dan menjelaskan tentang hubungan mereka  bertiga. ketepatan pada saat itu Rama dan Rian pulang bersama dari masjid agung, Nia pun langsung memanggil dan mempersilahkan duduk dihadapannya. Rian sebenarnya aku sudah mempunyai sandaran hati mulai dulu, aku sudah berjanji sehidup dan semati di dunia dan akhirat bersamanya. Kalau boleh tahu siapa laki-laki yang menjadi pemuja rahasia hatimu? Nia langsung menarik nafas satu demi satu seraya berkata dia adalah sahabat karibmu yakni Rama. Mendengar perkataan dan ketulusan Nia tuk mencinta Rama, Rian langsung tersenyum dan banggga punya temen yang menahan cintanya demi kebahagiannya.  Sekarang aku bersumpah kepada sang pencipta petala tujuh langit yang menciptkan cintaa . aku akan menjadi orang yang pertama pendukung bagi cinta kalain berdua sampai kejenjang mahlegai pernikahan.Ucap Rian sambil meneteskan air mata. Trimaksih sahabat karena kau telah mengerti dengan keadaaku yang sekarang ini. Timpal Rama dengan rasa penuh kasih sayang.  
                                                                                                           
                                                                                                            By: M. S. @rifin C07
                                                                                                                   Wadik’s Putra

0 komentar:

Posting Komentar