Kamis, 22 Mei 2014

SEBIAS KASIH DI CERITAKU (Antologi Demangan News )


SEBIAS KASIH DI CERITAKU
Add caption
            Bila cinta telah hadir, dunia ini terasa membelenggu, tercekat disaat bersua dengan sang kekasih seribu cara di coba sebagai pelepas rindu mulai dari syair-syair cinta hingga goresan pena, dedaunan pun bisa merasakan derasnya kerinduan, sehingga semua itu hanya menjadi saksi bisu dan skenario palsu…
            “hallo nadia”, jadi masuk ga’ sih” sorry Dit kayaknya aku telat tapi sebentar lagi aku nyampek kok ” jawab ku dari bpesawat telepon  “zulaikha…!” begitulah mama memanggil ku  “ ga’ sarapan dulu nak..?”maaf ma Nadia sekarang lagi  ada janji” jawab ku seraya menatap jarum jam yang tertekuk di angka 07.00” Nadia berangkat  ma… assalmualaikum, walaikumsalam, senyum mama menyungging.
            Di tengah -tengah deru kenalpot dengan asap yang mengepul hitam,aku terhenti menatapi sebuah mobil APV coklat. Nadia…! Seketika aku bubarkan khayalnku. “baru saja aku kerumahmu tapi katanya kamu dah berangkat jadi aku susul kamu ke sini” seru Radit serius, “makasih ya Dit untung ada kamu kalau tidak mungkin aku sudah jadi ayam bakar” keluh ku sembraut. “emangnya kenapa..?” emang kamu  gak liat panas nich apalagi harus pake’ baju yang beginian ” geramku. “ ketika aku naiki dan mulai masuk ke mobil itu, tanpa di sangka baju ku terjepit dan sobek di bagian bahu kiri ku “ robek ya…?”Tanya Radit tersenyum “ udah tahu malah nanyak lagi, kita mampir ke gedung itu saja”  okelah “kembali radit tersenyum, apalagi setelah ku ganti baju panjangku dengan baju ekstra mini dan rok  kurang lebih 15 cm ran. Ta’ lupa juga ku lipat jilbabku dan ku simpan di bagian paling atas rancelku agar tidak kusut
Rasa penat dan pekak baru saja terlunasi setelah Radit mentraktir ku di restaurant sepulang sekolah. Ntah berapa banyak waktu yang terbuang sehingga mentari kembali ke peraduanya. “Nadia kita ke party yuk…..!”  “ gimana ya….? okedeh tapi aku ga’ ingin mabuk lagi, ntar si tua marah lagi.” Seruku benci pada sesosok papa yang galak, Cahaya kuning langit semakin lari ke sisi barat , langit-langit redup dengan bintang-bintang yang gemerlapan di atas lampu –lampu disko yang memutar memusingkan suasana menjadi surga, aku merasa benar-benar terbang dengan pakaian sexi, ber goyang dengan gaya DJ, rock dan dansa yang glamour membuatku lupa meneguk minuman beralkohol  hingga tak terkontrol lagi seteguk demi seteguk aku bayangkan air telaga dari surga,dan fikiranku bahagia, kepalaku pening di tengah-tengah music DJ yang sesekali tak terdengar . aku mabuk berat fikiranku terlepas kembali “bruak” aku pingsan terjatuh ke lantai, dan saku ku bergetar dengan deringan dari ponsel imut ku “ka’ Nadia ada di mana ..? mama lagi cemas nich”pesan pendek yang belum sempat terbaca itu akhirnya di baca juga oleh  susi sahabatku dan di balas, “ maaf, Nadia sebentar lagi pulang ko’.
            Di heningnya malam ketika sang fajar mengintip di tirai-tirai langit. Membuat mama dan papaku panik yang tak sesekali mondar-mandir dengan menggerakkan jari-jarinya, subuh menggiang di telinga menggema menusuk denyutan nadi bagi sang bunda, sedangkan penghuni rumah besar itu terlelap di atas sofa dan hanya ibu yang masih panik menuggu.
            “ning – nung “ bunyi bel yang membuat semua orang terbangun disertai gesekan pintu dan suara lirih yang mungkin mereka mengenalnya. “ bruak…!” lagi – lagi aku terjatuh “ maaf bu susi baru tahu kalau Nadia ngedet lagi di party” pungkas susi sahbatku itu mengadu “ makasih nak bisa buat Nadia pulang” jawab ibu “sama – sama, aku pamit dulu” pamit susi dari balik pintu istanaku, ibu terus menatapku dengan tetesan air matanya “ plack” sebuah tamparan mendarat di pipiku ocehan dan ceramahan agama dari laki- laki beruban yang slama ini tak  lelah menyiksa ku, aku ta’ menghiraukan itu dan mungkin papaku masih belum puas membuatku bak belur sehingga aku di seret kekamar dan di kunci dari luar hingga berhari –hari, Mama yang slalu memanjakanku bertengkar dengan papa, aku pikirkan apa kesalahahan ku tapi aku tak tahu apa kesalahan yang ku lakukan. “aku sayang ibu” itu jeritan hatiku di saat perasaan ku terasa hambur oleh percikan – percikan dosa yang tak ku fahami, aku tekan salah satu dari Sembilan tombol di ponselku, ku hubungi Radit tapi tiada jawaban, ku coba sampai berkali – kali tapi tetap saja nihil, aku kesal, belum hilang kekesalanku datanglah sebuah sms dari Radit” Nadia kita putus “ betapa hancurnya hatiku ketika kenangan pupus begitu saja.
            Terbayang bagaimana sakitnya di tinggal pergi orang yang kita cintai, membuat hari – hari ku hanya meneteskan air mata ta’ berdaya lagi melihat dunia ini, apalagi lima hari sudah aku terkunci dan papa adalah orang yang paling ku benci saat itu, di saat hatiku terasa hancur aku goyangkan pena untuk mamaku. Aku pergi, aku kabur dari jendela  setinggi satu setengah meter. aku tinggal kan sebias senyum ku untuk ibu. Satu minggu aku mengembara di kegersangan kota, ku tatapi warung – warung dengan aroma yang lama tak ku rasakan, membuat perutku miscall berulang – ulang kali, aku lapar sebab aku berbekal pas-pasan apalagi setelah aku melepaskan kaki ku dari kereta di stasiun yang bingung ku menyebutnya. Ku lewati lorong – lorong dengan rasa lapar dan hampa, sebab tak ada satu orang pun yang mau memberiku makan. Ta’kulihat sesuatu yang indah di sekitarku , hanyalah bengawan yang kumuh dan bau, tak kuasa lagi tuk melangkah lebih jauh, tak yakin juga ku bisa saat itu, mataku mulai pekak, tubuhku pucat dan lemas “ bruak” dan setelah itu aku gak tau lagi apa yang terjadi
            “ Alhamdulillah ternyata  mba’ udah sadar” sapa wanita berjilbab ketika aku membuka mata “di mana aku dan siapa kamu mengapa aku ada di sini “ tanyaku panik dalam kekalutan . “mba’ istirahatlah dulu, tubuh emba’ masih sangat  lemas. Namaku zahratus syifa panggil saja aku zahro”  “zahro ya” jawabku bingung, “tapi ini di mana” tanyaku  “mba’ sekarang ada di pondok darul qu’ran”  “darul qu’ran gumamku bingung” iya memang sekarang  ada di pondok, tapi itu semua berkat mas Yusuf yang membawa mba’ waktu pingsan tadi ” sekiranya itulah replay dari penjelasan mba’ Zahro’ namun hati ini jadi bergeming ketika nama itu terdengar di telingaku “ yusuf…? Tanya hati ku memblenggu nama itu
 Dua bulan sudah aku tinggal di PP darul qu’ran itu. Banyak ilmu yang kuserap dan ku kuasai , meski tak  tak 100% cukup saja ku baca fatihah dengan fasih. Hari-hari ku jauh lebih baik,apalagi uztadzah zahro slalu membimbingku tentang ilmu yang ia miliki, ada satu hal yang ingin kutanyakan, mungkin pertanyaan hanyalah lelucon saja, hingga saat ini pertanyaan itu masih belum mampu untuk ku biaskan padanya yaitu tentang  mas yusuf dan aku merasa itu tema yang bagus buat pertanyaanku saat ini. Sekian lama aku termenung, terjebak ahirnya teka teki yusuf terpecahkan juga, bahwa mas yusuf adalah salah satu orang yang paling berpengaruh di pesantren ini, namun sayang semua ini kan segera berahir ketika kulangkahkan kakiku untuk pamit pulang, karena rasa rinduku pada mama ta’ sanggup tuk dibenah lagi, aku rindu sama nama  kecilku ” zulaikha” ya  aku rindu mama yang slalu menyebut nama itu untukku , sekaligus aku ingin ungkapkan terima kasih padanya atas tragedy yang menimpaku  dulu ,  ”nadia….! Apa benar kamu mau pulang sekarang “ Tanya mas yusuf membuyarkan lamunanku, “ I . . . iya  mas “ jawabku singkat namun cukup membuatku gerogi “ bagaimana kalau aku dan ustazah zahro serta ninsia yang mengantarmu pulang  ya…. Itung-itung kita silaturrohmi aja,  bagaimana kamu keberatan ….? “aku berfikir agar aku ta’ menyia nyiakan kesempatan ini aku mengangguk kecil sebagai tanda persetujuanku dan tak lupa kusunggingkan sedikit senyum untuk sesuatu yang baik ini.
Aku kasih alamat dan kartu namaku , aku lihat daun perdu di alun alun kota ,begitu pula pohon  randu kecil yang indah disamping halaman rumah yang luas, inci demi inci pintu gerbang dan begasi rumahku mulai nampak, ku hayalkan kerinduanku setelah beberapa bulan aku meninggalkan rumah, ahirnya aku bias kembali lagi kerumah kecilku, aku turun menuju rumah  yang pernah kutinggalkan, perlahan kubuka pintu, hati kecilku berdesis dengan seribu pertanyaan “kok sepi….! ga’ biasanya rumah ini berantakan seperti ini, kemana pak rasyid dan bibi ijah, atau jangan jangan keluargaku sudah pindah astagfirullahiladzim… “ besit hatiku mulai ragu, aku lebih kedalam ruangan dan ku tengok pula kamar papaku “akupun terhenyak disaat kutatap ruangan yang  acak-acakan, tak kutemukan jejak mereka, hanya ada satu isyarat yang kutemukan dicermin, sebuah tulisan dengan tinta darah “SLIV –EDDE—REHT-120n4l00” ya kata itu yang kupikirkan tentang kata pendek yang mencurigakan itu, aku tanyakan pada mas yusuf  tentang teka teki itu “ nadia…!, coba saja kau balik kata itu “ seru mas yusuf merilexkan kepanikanku “, sekarang kau buang spasi-spasi itu” tegang mas yusuf membuatku mengikuti titahnya  “kemudian kau buat spasi sendiri dan rangkai kata itu sesuai dengan tempat yang kau ketahui “  aku buat spasi diantara abjad abjad itu dan aku terkejut ketika melihat hasil dari tulisan sliveddereht120n4100 menjadi THE RED DEVILS 120n4100, serentak pikiranku mulai aktif tuk mengingat lokasi yang tak asing lagi bagiku “  radit…!!!,  ya  pabriknya radit” cetusku pada mas yusuf “ kamu tahu  lokasi itu, kalou begitu kita kesana sekarang“  “ baiklah mas kita susul mama dan papaku kesana “ jawabku iba setelah mas yusuf menjawab teka teki itu . 
Langkah demi langkah aku memasuki pabrik  itu bersama dengan mas yusuf, sedangkan yang lain menunggu di luar, Aku buka pintu no 15 betapa terkejutnya aku setelah ku lihat papa, mama, pa, rasyid dan bi’ inem terpasung di dalamnya. Kemudan aku mendengar suara tepuk tangan dari ruangan di belakangku yang di penuhi oleh drum minyak. Di iringi juga oleh 5 komplotan setan merah itu dan sepertinya salah satu dari 5 orang itu aku mengenalnya. Yaitu radit bekas kekasihku dulu dan ternyata dugaanku benar, dialah dalangnya. “ nadia ….. !, masih  ingat aku…! Aku ini kekasihmu peluklah aku “ congkak radit menumbuhkan api amarahku. “ radit…! Jadi kamu yang lakukan ini  semua ? “, tanyaku berang. ”Iya memang kenapa ?, bukankah dia pantas untuk di hakimi, karena dia yang telah menyuruhku untuk memutuskanmu tempo dulu “,  tegasnya menatapi papaku yang berkumis itu,  aku tersenyum menghampirinya meski mas yusuf melarangku, tapi aku tak hiraukan itu, aku maju dengan jarak ta’ sampai   1 m. “ plack…”.  Tamparanku menuntaskan amarahku.  “ kurang ajar….!”, cetusnya seraya menghajarku bertubi – tubi, aku di tendang, di jambak membuatku terjungkir balik.  “ dasar bajingan kau….! “ mas yusuf menolongku, menghajar mereka habis-habisan , aku terdiam pasrah membuka ikatan tali ayah dan ibuku, bagitu pula bibi’ dan pak rosyid  yang sudah tidak  bernafas lagi, aku terpukul sekali di saat menatap mereka berdua.  Akupun meneteskan air mata, aku merasa terharu di saat papa mencium keningku dan mama memelukku penuh erat, aku bawa papa dan mama menjauh dari mas yusuf yang bertarung mengumbar nyawa dengan para komplotan setan merah itu,  Aku terus berdoa agar polisi segera datang dan akhirnya pertarungan tanpa sekenario itu di menangkan mas yusuf, dia melumpuhkan semua komplotan setan merah itu. “ alhamdulillh kita berhasil dan ini berkat mas yusuf“ pujiku ketika drama itu selesai, aku tatapi wajah eloknya dengan peci putih yang menghiasi kewibawaanya,  dan ada rasa dalam hatiku saat itu. Tanpa disadari aku jatuh cinta tapi sayang, perasaan itu aku simpan sedalam-dalamnya, karena tidak mungkin aku menikah dengan keponakannya kiai subadar pengasuh pondok pesantren darul qur’an, asrama yang menghilangkan kebodohanku. “ awas……! mas…!“ aku membalikkan tubuhku melindungi pujaaan hatiku, aku tertembak yang tanpa di sadari radit bangkit dan menghujamkan peluru itu.  Mas yusuf menjerit  dan mendaratkan beberapa tendangan kedada radit dan meng hajarnya habis-habisan. Polisi pun datang tapi sayang semuanya terlambat, radit pun telah tewas, pak rasyid dan bi’ inam pun juga begitu. mas yusuf memegang erat tanganku, aku tersenyum meski rasa sesak dadaku mulai terasa dan darah di tangan mas yusuf yang menutup lubang  tembakan di perutku, sangat jelas ku lihat“ nadia bertahanlah aku sangat mencintaimu “, panik mas yusuf.  Senyumku kembali mengumbar dan rasa sakitpun hilang di dekapannya.  “ aku juga “ jawabnya lirih, aku semakin hangat di dekapannya, sesaknya dadaku semakin terasa   “mas….!” Panggilku,  “nadia….! ” mas yusuf kaget.  “ mas ulangilah kata cinta itu dengan nama kecilku zulaikha, agar aku tersenyum dan menjadi pendampingmu meski nafas ini  tak berhembus lagi . “ zulaikha aku sangat mencintaimu “ kata mas yusuf meneteskan air mata.  “papa, mama aku sayang kalian semua, maafin aku pa, ma…! Dan terima kasih  mas“, seketika mataku semakin tertutup meski mas yusuf mencoba membukanya. Jantungku berhenti berdegup,  aku  gak sadar lagi, seiring seirama dengan bi’ inem, pa’ rasyid  yang telah mendahuluiku mengahadap sang ilahi rabbi.
Setelah itu ku panggil papa dan mamaku mereka tak menghiraukan aku, bahkan mereka menabrakku disamping seseorang yang di tangisi. “ mama…!” sekali lagi ku panggil dengan suara yang lebih keras, “ papa…..! baru saja aku mendengar nadia memanggilku “ Tanya mama lirih “ mama yang ikhlas ya…! itu mungkin ilusi mama  saja“  bagai manapun juga nadia telah pergi meninggalkan kita“, jawab papa menguatkan hati mama.  “jadi sekarang aku telah mati”  Tanya batinku meneteskan air mata,  seraya kulihat papa, mama, susi,  naila, Fatimah ustadzah zahrah dan mas yusuf, kekasihku  “ aku sesalkan hidup ku yang tak berarti  ini dengan kata terakhir. papa, mama dan kalian semua aku minta maaf. Sebab aku  belum bisa membuat kalian bahagia “ . aku lambaikan tanganku meninggalkan jasadku yang tak berdaya lagi.
 By :   “ kafi @s  el aswadi”
  Serabi Barat Modung

0 komentar:

Posting Komentar