Memberikan inspirasi dan informasi

Media kreasi Pondok Pesantren Syaichona Moh. cholil.

Crew Demangan News

Memeberikan yang terbaik dan selalu konsisten adalah prinsip kami.

LP3S

lembaga penerbitan Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Pondok Pesantren YAng didirikan Langsung oleh Kyai Cholil Demangan Barata, Bangkalan Madura

Karya DN

Koleksi majalah DN.

Kamis, 04 September 2014

Seputih Kasih ( Cerpen Demangan news Pondok pesantren syaichona Moh. Cholil)



 
Kasih melipat mukena putihnya, dan segera beranjak dari mushola. Ia berjalan menuruni tangga kantor tempatnya bekerja untuk Keluar dan pulang. Hari ini begitu melelahkan bagi gadis 21 tahun itu. Tugas-tugas kantor begitu menumpuk, belum lagi ditambah omelan atasan yang hari ini sepertinya sedang terkena virus emosi. Semua karyawan di kantor tahu betul big boss mereka itu sedang menghadapi rumah tangga yang kabarnya tinggal di ujung tanduk. Disenggol sedikit, bisa jatuh dan hancur. Alhasil, semua karyawanlah yang ujung-ujungnya menjadi pelampiasan amarah.
Kasih berdiri di ujung jalan sambil menunggu sebuah taksi yang akan membawanya ke rumah. Tiba-tiba saja kedua mata cokelat gadis itu tertuju pada pemandangan yang tidak mengenakkan di seberang sana. Kasih berniat untuk menghampirinya, karena menurutnya itu sudah melewati batas kewajaran.
“Astaghfirullahaladzim, Kakak! Apa yang Kakak lakukan di pinggir jalan seperti ini?”
Serentak, dua orang manusia yang sedang dimabuk cinta itu melepaskan pelukannya dan menatap siapa yang menegur mereka. Wajah perempuan muda itu sangat kaget dengan gadis berjilbab dihadapannya. Sementara pria yang bersamanya hanya diam tidak mengerti.
“Kak, ini sudah keterlaluan..!”
“Apa urusanmu? Mengganggu saja!” jawabnya tak peduli.
“Kak, ayo kita pulang”
“Kalau mau pulang, pulang saja sendiri. Kakak masih ada urusan,” jawabnya kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kasih yang masih berdiri di situ. Dilihatnya dari jauh sang kakak yang bergelayut manja pada pria entah berantah itu.
Di tengah kegelapan malam seperti ini, Kasih hanya bisa meneteskan air mata melihat kondisi itu. Hampir setiap hari, dia memergoki tindakan berlebihan kakaknya itu, dengan pria yang selalu berlainan. Dan jawaban yang selalu ia dapat dari menegur kakaknya itu selalu sama.
Gaya hidup jaman sekaranglah, cara modern pacaran masa kinilah, dan berpuluh-puluh alasan lain yang menurutnya sangat tidak rasional. Kasih hanya bisa mengelus dada setiap kali kakaknya itu menyudutkannya. Pikirannya terbang ke beberapa hari yang lalu, saat kakaknya itu melontarkan sebuah kalimat yang menusuk ulu hatinya.
“Sudahlah, kamu jangan sok suci. Jangan sok menasehati kakak. Kamu itu bukan siapa-siapa di sini. Kamu itu cuma anak pungut!”
Terkadang Kasih bertanya-tanya kesalahan apa yang pernah dibuatnya, sehingga kakaknya itu begitu tega memuntahkan perkataan-perkataan yang sangat menyakitkan.

* * *

Kasih melahap subuh dalam dua rakaat seraya mengirim sepucuk doa untuk keluarganya tercinta. Terutama kakak yang selalu memusuhinya. Semoga Allah senantiasa merangkul dan mencintainya.
Setelah selesai, Kasih membangunkan Rima, untuk sholat subuh. Dengan hati-hati, Kasih menepuk-nepukkan tangannya ke pundak Rima.
“Kak, bangun, Kak! Sudah waktunya sholat subuh!” kata Kasih pelan. Berulang kali Kasih membangunkan kakaknya itu, tapi sepertinya tidak berhasil. Ia mencoba sekali lagi, dan yang ia dapat hanyalah sebuah semburan keras dari kakaknya.
“Kamu ngapain sih, bangunin kakak. Nggak tahu apa, ini jam berapa? Sudah Kakak bilang, kamu nggak usah sok ngurusin kakak. Nggak usah sok peduli. Sekarang, kamu pergi dari kamar kakak!”
Kasih melangkahkan kakinya dengan berat hati. Yah, perlakuan seperti ini sudah menjadi makanannya setiap hari. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja, untuk menyadarkan kakaknya. Setelah mandi dan berganti pakaian kerja, Kasih menyiapkan sarapan untuk semua orang rumah.
“Kasih, Kamu yang menyiapkan semua sarapan ini, nak?” tanya Ibu yang tiba-tiba muncul.
“Iya, Bu…”
Kemudian Ibu membangunkan seluruh penghuni rumah untuk sarapan pagi bersama. Suasana di pagi itu begitu hening. Tidak ada satu kata pun terucap dari bibir setiap anggotanya. Yang tampak hanyalah tatapan mata Rima yang berulangkali memandangnya penuh kebencian.
“Bu, Kasih berangkat kerja dulu ya,” pamit Kasih pada kedua orang tuanya.
“Hati-hati ya, Nak”
“Kasih, cari duit yang banyak!  Aku bosan hidup miskin kayak gini terus!”
Sontak Kasih menoleh, mendengar apa yang diucapkan kakaknya, Rima.
“Rima! Jaga mulut kamu! Seharusnya kamu sadar, kalau Kasih yang menghidupi keluarga kita. Kalau bukan karena dia, kita semua tidak bisa makan. Dan kalau bukan karena dia, kamu tidak bisa membeli semua tetek bengek yang kamu perlukan itu. Kamu yang anak kandung ibu, malah tidak bisa membahagiakan ibu sedikit pun. Kerjamu apa selama ini? Menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya dengan semua laki-laki? Pacaran dan pacaran setiap hari? Dan sekarang kamu hanya menuntut ini-itu seenak dengkulmu?” kata ibu penuh amarah menghadapi sikap anak perempuannya itu.
Kasih hanya menunduk, tidak enak pada Rima yang dari tadi melemparkan pandangannya yang tajam seperti ujung tombak yang siap menusuk mangsanya.
“Bu, Kasih memang sudah seharusnya melakukan itu. Dia kan hanya anak pungut, sudah seharusnya dia membalas jasa kepada keluarga kita!” kata Rima kasar.
PLAKKK
Sebuah tamparan keras mencium pipi kanan Rima.
“Lalu, apakah kamu sebagai anak kandung ibu sudah membalas jasamu sebagai anak? Jaga bicaramu, Rima! Dan jangan sekali-kali kamu menyebut Kasih, anak pungut!”
Rima meninggalkan ruang makan dengan penuh kekesalan, dan membanting pintu kamarnya dengan kuat. Ibu memeluk Kasih, yang sedari tadi menumpahkan air mata bening dari kedua kelopaknya.

* * *

“Kasih, tunggu!” Kasih menoleh ke arah sumber suara saat seseorang memanggil namanya.
“Kuantar pulang, ya? Sudah malam.”
“Maaf, tidak perlu repot-repot, Rey. Aku sudah biasa pulang sendiri”
“Tapi ini sudah larut. Kalau ada apa-apa denganmu di jalan bagaimana?”
“Insyaallah, Allah akan mengirimkan malaikatnya untuk menolong saya. Permisi…”
Reyhan menatap gadis yang dicintainya itu perlahan menjauh pergi. Seorang gadis yang sangat menjaga prinsip dan komitmennya dalam hidup. Seorang gadis yang mampu menjaga kehormatannya sebagai wanita. Seorang gadis yang ikhlas dan apa adanya dalam menjalani kehidupan. Seorang gadis yang sangat mencintai Tuhannya. Seorang gadis yang sangat berbakti kepada kedua orangtuanya. Seorang gadis yang mampu menyihirnya, di setiap tutur kata yang menghangatkan jiwa. Seorang gadis yang mampu menyejukkan hatinya, di setiap senyum yang tertarik dari bibirnya.
Reyhan mengaguminya. Bahkan lebih dari itu. Dia mencintainya.
Kasih berjalan di persimpangan jalan. Entah mengapa, dia merasa sangat takut saat ini. Suasana malam yang sepi, dan dingin yang menusuk sampai ke lapisan dermis kulitnya. Berulangkali mulutnya mengucap istighfar.
Tiba-tiba saja, segerombolan laki-laki bengis berbadan besar dengan botol bir di tangannya, menghadang langkah Kasih.
“Hei, sendirian aja… mau kita temenin?” goda salah satu dari mereka sambil berjalan mendekatinya.
Kasih berusaha menghindar. Saat melihat ada celah kosong, tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari menuju jalan kecil di sudut gedung. Tapi tiba-tiba saja, sebuah batu hitam besar membuatnya tersandung dan terjatuh. Kasih benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa kali ini. Yang ada di hatinya adalah semua bentuk doa yang terpanjat untuk Sang Khalik.
Kasih menutup matanya saat melihat bayangan laki-laki biadab itu mulai mendekatinya. Tapi kemudian, Kasih mendengar suara rintihan dari beberapa laki-laki itu. Dengan cepat Kasih membuka matanya dan melihat apa yang ada di hadapannya saat ini. Segerombolan laki-laki itu pergi menjauh sambil memegangi bagian tubuh mereka yang memar akibat terkena bogem mentah.
“Reyhan?” Kasih tidak percaya siapa yang datang menolongnya.
“Kamu tidak pa pa, kan?” Kasih mengangguk sambil membangunkan tubuhnya untuk berdiri. Ternyata, dialah malaikat yang diutus Allah untuk menolongnya. Kasih berulangkali mengucap syukur atas perlindungan yang telah didapatkannya malam itu.

* * *
PLAKKK.
Kali ini sebuah tamparan keras dari bapak mendarat di pipi Rima yang putih mulus. Kasih yang baru datang pulang kerja, sangat kaget melihat aura kemurkaan kedua orangtua angkatnya itu, pada anak kandung mereka. Kasih mengucap salam dengan pelan, dan masuk ke rumah dengan langkah yang ragu.
“Sekarang katakan, siapa yang telah menghamili kamu…?” tanya bapak penuh amarah. Wajahnya merah padam, penuh emosi. Sementara Rima hanya bisa diam sambil menangis sesenggukkan.
“Rima nggak tahu, Pak…”
“Apa karena banyaknya laki-laki yang meniduri kamu, sampai-sampai kamu tidak tahu siapa yang menghamili kamu, hah!”
Rima bersujud di kaki bapak dan ibu sambil memohon maaf. Kasih masih terdiam, belum sanggup berkata-kata. Hatinya miris dan pilu. Dalam dadanya, tersisip perasaan menyesal karena tidak sanggup menjaga kakaknya itu. Kasih ingin memeluk Rima, tapi apa daya kalau gadis itu menepis tangannya.
Rima berjalan menuju kamarnya dengan napas yang tersenggal-senggal. Sementara ibu menangis dalam diam, dan bapak yang masih dalam kondisi emosi sambil memegangi pelipisnya. Kasih sangat takut dan khawatir dengan keadaan kakaknya itu. Ia takut kalau Rima tidak sanggup menerima semuanya.

* * *

            Tujuh bulan sudah masa kehamilan Rima. Wajahnya semakin kurus dan rapuh. Kasih sangat cemas dengan kondisi kakaknya dan bayi yang dikandungnya itu. Beberapa kali ibu membujuk anak perempuannya itu untuk memeriksakan kandungannya ke dokter, tetapi Rima selalu menolaknya. Hari ini, suhu tubuh Rima sangat tinggi. Sepanjang hari ia mengigau tidak keruan. Kasih mengompres badan Rima yang tertidur lemas.

* * *

“Assalamualaikum,” sapa Kasih saat memasuki rumahnya.
Pandangannya terpaku pada beberapa orang yang menyambutnya dengan senyum ramah.
“Ini ya, yang namanya Kasih. Cantik sekali,” kata seorang wanita yang berumur sekitar lima puluh tahunan.
         “Sini nak, masuk,” kata ibu menyuruh Kasih masuk dan duduk bergabung bersama mereka.
Kenapa ada Reyhan dan keluarganya di sini? Hatinya bertanya-tanya.
Kasih mencoba membaca situasi yang sedang terjadi kini. Ibu menjelaskan kepada Kasih, maksud kedatangan keluarga Reyhan kerumahnya. Feeling-nya benar. Reyhan melamarnya.
Semua orang di ruangan itu menunggu jawaban Kasih. Sedangkan dirinya, masih menimbang-nimbang jawaban apa yang harus diberikan. Ya Allah, semoga keputusanku benar. Semoga dia benar-benar malaikat yang Kau kirimkan untukku. Harapnya dalam hati.
“Insyaallah saya menerima,” jawabnya dengan pasti, diikuti dengan senyum kegembiraan dari semua pihak. Terutama Reyhan yang dari tadi memandang bidadari cantik yang akan menjadi calon istrinya itu.
Di tengah suasana yang membahagiakan itu, tiba-tiba saja terdengar rintihan kesakitan dari kamar Rima. Serentak semua orang berlari menuju kamarnya, dan melihat darah yang bergelimpangan di kasur Rima. Bapak langsung menelpon ambulance, dan beberapa menit kemudian Rima dibawa ke rumah sakit.
Sudah beberapa jam Rima berada di Unit Gawat Darurat. Dan dokter belum memberi kepastian apapun tentang kondisi Rima. Kasih dan keluarganya menunggu dengan sebelah hati. Kasih menenangkan ibu yang dari tadi menangis tiada henti.
Tidak beberapa lama kemudian, dokter keluar dengan wajah yang sulit ditafsirkan.
“Kami telah melakukan operasi cecar, dan anak ibu mengalami pendarahan. Anaknya selamat, dan saat ini kondisi ibunya sangat kritis. Bisa dipastikan tidak bisa selamat. Dari tadi dia menyebut nama Kasih”
Kasih mengusap wajahnya yang lembab dengan kedua tangannya. Dia berjalan masuk ke dalam ruang UGD dengan penuh kedukaan. Rima memandangnya dengan air mata yang berlinangan. Ia menarik tangan Kasih dalam genggamannya. Kasih mengusap air mata Rima, dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya.
“Kasih, maafkan Kakak ya…”
“Sudahlah Kak, Kasih sudah melupakan semuanya dan memaafkan Kakak dari dulu.”
“Kasih, Kakak sudah tidak mungkin bisa bertahan lagi. Kakak punya satu permohonan. Maukah kamu merawat anak Kakak? Memberikannya kasih sayang? Menjadikannya seperti darah dagingmu sendiri?”
Kasih memeluk kakaknya itu sambil mengangguk dengan penuh keikhlasan. Rima menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan kasih sayang Kasih. Seputih Kasih, gadis kecil Rima tumbuh dengan keanggunan dan keikhlasan yang Maha Indah. Gadis kecil Rima tumbuh dengan melahirkan aura kesejukkan jiwa. Seputih Kasih. Sebening kasih sayang Kasih.

* * *

KASIH YANG TAK SAMPAI




Entah dimana dirimu berada kini hatiku hampa dan gundah gulana tanpa kehadiranmu, kata-kata tersebut selalu hadir dalam mimpi panjangku. Aisyah adalah seorang gadis yang masih duduk di kelas tiga SMA pada siang itu ia duduk di kantin sekolah sambil menikmati segelas teh. Tiba-tiba ada seorang yang memanggil Aisyah. Tumben kamu duduk sendirian. sirama kemana…? sahut lia.
“oh dia lagi main voli bentar lagi juga bakalan kesini. Balas Aisyah.
“Hai sayang, sapa Rama dari belakang. nah itu dia, Ucap Aisyah.
 “panjang umur kamu Ram. Baru aja kita ngomongin kamu eh ternyata kamu udah datang. Ya udah aku mau ketaman aja entar ganggu acara kalian lagi, gurau Lia.
Setelah Lia pergi dua sepasang kekasih itu bercanda dengan mesra, bagaikan Rama dengan Sinta.
“sayang kamu tambah cantik deh tambah hari..… ah kamu lebai, kata Aisyah…! Benar sayang dan aku gak pernah berbohong kalau sama belahan jiwaku.
“ya udah kita pulang yuk, Rama menarik tangan Aisyah sambil mengantarkan Aisyah pulang sampek depan rumah nya.
“Kamu gak masuk dulu kata Aisyah”ga’ usah deh”. aku buru-buru entar malam aku telpon kamu ya sayang…!!  makasih ya. Setiap hari aisyah pulang sekolah selalu di antar oleh Rama kecuali Rama ada urusan penting yang harus diselesaikan.
Hari demi hari perjalanan cinta mereka semakin erat atau lengket kayak perangko. begitu seterusnya. Setahun tidak terasa hubungan mereka yang ada disekolahnya. Aisyah dan Rama pun lulus dari bangku SMA. Besok papa aku ga’ bisa hadir, soalnya dia ada urusan penting  mungkin mama aja yang hadir. Kalau kamu mama papanya bisa hadir ga’? tanya Rama. Aisyah tersenyum ya mudah-mudahan aja. hari pembagian rapot telah tiba Rama datang dengan mamanya yang penampilannya sangat elegal dan mereka duduk di tempat yang disediakan dan tidak disangka-sangka ternyata disamping Rama dan mamanya sudah duduk seorang gadis manis bersama kedua orang tuanya yang penampilannya sederhana, Rama tersenyum sambil main mata dengan Aisyah, tapi mama Rama langsung meliriknya dengan raut wajah yang sangat menyakitkan buat Rama dan Aisyah. Setelah pembagian rapot telah usai, hasilnya Aisyah dan Rama pun lulus. Rama maunya kuliah di indonesia aja lagian apa bedanya cih jangan Ram, kamu kuliah disini bukan cari ilmu bener-beneran, kalau kamu masih ketemu sama cewek kampung itu kata mamanya. Mamanya Rama sejak awal memang sudah tidak merestui hubungan mereka berdua. Rama hanya bisa menangisi, dia tidak bisa melawan karena rama tahu semakin ia melawan semakin keras mamanya menantang hubungan kasih cinta mereka.
Seiring dengan berjalanya waktu Rama pun kuliah di Malaisia dan sebulan terbang ke negeri jiran itu Rama menyempatkan diri untuk berpisah dengan Aisyah. Keduanya saling menangis Aisyah memberi sebuah kalung Liontin pada Rama, Ramapun memberi bonika LOVE dan cincin. Sayang kita harus yakin bahwa aku pergi untuk kembali bukan untuk selamanya. Sesungguhnya aku tak bisa jalani waktu tanpa mu, tapi perpisahan bukannya duka, meski harus mengisakan air mata aku hanya pergi untuk sebentar bukan untuk meninggalkan mu selamanyan aku pasti akan kembali pada dirimu. 
Setelah di Malaisia Rama sering memikirkan kekasihnya yang jauh dari mata. Hari pertama masuk kuliah memang sangat susah beradaptasi dengan lingkungan disana, tapi lama kelamaan bisa menyesuaikan diri. Sampai pada satu hari Rama pergi ke tempat toko buku dan disana ada seorang cewek yang terus menerus memperhatikan gerak gerik Rama, tapi tak sedikit pun hati Rama goyah, Rama sangat menyangi dan setia pada Aisyah.  Ia tidak peduli dengan semuanya, karna di dalam hatinya Rama Cuma ada Aisyah. Aisyah belum kuliah ia harus mengumpulkan dana buat kuliah dengan mencari kerja kesana kemari. Ahirnya Aisyah di terima di suatui tempat perbelanjaan, dia di percayai untuk jadi kasir. Aisyah tiap malam menerima telpon dari sang kekasihnya kecuali kalau rama lagi sibuk dengan pelajarannya.
Hari berganti hari bulan bergantian menjadi setahun. Aisyah dan Rama tidak  berjumpa, tapi mereka saling kasih kabar lewat telpon atau faccebook sampai satu malam Rama tidak menghubungi Aisyah sms pun  tidak ada. Aisyah bertanya-tanya dalam lubuk hatinya, kenapa  dan kenapa…? besoknnya lagi Aisyah menunggu kabar dari Rama, tapi yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang. Aisyah pun mencoba menghubunngi Rama tapi nomer Hp-nya tidak dapat di hubungi begitu seterusnya. kegelisahan Aisyah pun semakin berkecamuk dan memuncak, Aisyah hanya bisa menangis terus menerus. Rama kenapa kamu tidak mengasih kabar lagi padaku, kenapa kamu sayang? Dan ada apa dengan keadaan kamu sekarang? sungguh aku tidak bisa hidup tanpa mu. Bisik hati Aisyah. Aisyah tidak tahan, sehingga Aisyah memberanikan diri tuk mendatangi kediaman orang tuanya Rama, untuk mencari kabarnya. Setelah sampai  di sana Aisyah melihat orang tuanya Rama keluar dari pintu rumahnya. Dengan lemah lembut Aisyah cepat cepat menghampirinya .. tante tante Rama ada di mana? gimana kabarnya dia tante?  
Hai kamu perempuan sialan ngapain kamu nanya anak saya? ah udah sana pergi dan jangan kamu menginjakkan kaki di tempat ini. mama Rama lanngsung menutup pintu mobilnya dan dengan cepat dia melarikan mobilnya Aisyah bukan mendapat kabar melainkan hinaan dan ejekan dari mamanya. Ia hanya bisa menangis sampai suatu hari dia masuk kerja, eh Aisyah kamu kenapa kok tambah kurus? kamu sakit ya?  “Tanya Dina teman kerja-nya. Aisyah hanya geleng geleng kepala, eh Din kata Aisyah pinjam korannya dong. bentar ya, aku mau nyelesain dulu ini lagi seru kasihan banget Aisyah kata Dina. setelah Dina selesai baca koran, Aisyah pun membaca koran itu dan tiba tiba mata Aisyah membelak, ketika melihat sosok yang tidak asing lagi di dalam kehidupannya Aisyah, seorang pemuda yang sedang mengendarai sebuah mobil taxi untuk membawanya ketempat pengiriman dari Malaisia ke Indonesia taxi tersebut tiba tiba menabrak sebuah pohon cemara yang begitu besar semua yang ada di dalam mobil meninggal dinia termasuk Rama, menurut berita di koran Rama dimukan memegang sebuah Boneka Barby berwarna ping, dan ada sebuah surat yang di bungkus dengan amplok berbentuk love yang isi suratnya adalah.
Wahai pujaan hatiku…
Happy Birthday, semoga panjang umur sehat selalu dan pesanku hanya satu bintangku untuk mu dan hidupku. Baik-baiklah kamu disana sayang aku selalu ada hanya untuk mu, walau aku jauh dari pandanganmu tapi hatiku dekat dengan mu. jujur aku tak kuasa suatu terahirku ketika aku menggenggam tanganmu, namun yang pasti kita mungkin tak akan bersama lagi bila nanti esok hari kutemukan dirimu bahagia dengan orang lain izinkan aku untuk menitipkan kisah kita demi abadinya cinta kita.                                                                                                    
By: Rama

Itulah isi suratnya mungkin diwaktu Rama tidak menghubungi Aisyah dia pengen ngasih kejutan buat Aisyah buat Ultahnya Aisyah, tapi yang terjadi Rama meninggalkan Aisyah untuk selamanya. Dan disaat Aisyah membaca surat itu dari koran ia langsung tak sadarakan diri dan tidak menrima semua itu dan temannya Aisyah langsung membawabanya keruang istirahat dan Aisyah pun dibaringkanya disitu. setelah beberapa menit kemudian Aisyah pun sadar dan dia pun menceritakanya pada temnannya tentang apa yang terjadi. Aisyah memang wanita yang tengah berduka hatinya dia seakan di iris-iris oleh tajamnya belati. ia melalui hari-harinya dengan melamun, menagis dan menangis yang tiada arti. ia tik nemerima kenyataan ini, tapi seiring dengan berjalannya waktu sedit demi sedikit ia pun bisa menerimanya dan bisa memahami bahwa semua yang terjadi  adalah takdir dari sang maha pencipta buat dia, tapi Aisyah belum menerima cowok lain di dalam bingkai hatinya. berbahagialah bagi insan yang bisa mewujudkan keinginannya untuk bisa hidup dengan sang pujaan hatinya.
By: Resti Vjhen Cengkal
      Sendeng Rindu
      Putra Amtsilati
     

Mengapa Harus Cinta??? (Cerpen Demangan News PPSMCH)




Langit begitu indah dan cerah diangkasa khayalan, dengan dihiasi warna-warni pelangi yang begitu mempesona, ada rasa dan hasrat yang bergejolak di kalbu tuk menikmati indahnya suasana senyapnya di pagi hari. Kicauan burung-burung syahdu nan merdu serta sejuknya tetesan embun pagi yang mengalir membasahi tubuh, dedaunan hijau mampu memikat setiap mata sang pecinta.
Pagi yang cerah seorang santri bernama Nia Mery Rezkia sedang sibuk menyelesaikan aktivitasnya di  pondok, karena hari ini kebetulan hari Jum’at jadi setiap santri mempunyai aktivitas sendiri-sendiri. Di tengah-tengah kesibukan yang masih diselesaikan oleh Nia Mery Rezkia panggilan akrab Nia tiba-tiba ada seorang santri menghampirinya.
“Hai… Nia. Sapa Fitri sahabat Nia seraya menghampirinya. By the way lho tahu ga’ apa yang gue bawa buat lho?” Tanya Fitri.
“Kalau engga’ dikasih tahu, mana gue tahu”. Jawab Nia simpel. “Ini ada surat to lho dari “Rama”. Ucap Fitri sambil lalu menyelipkan surat titipan Rama di balik saku baju Nia. “Maksud lho…? Ya ampun Fit Thank’ banget ya”… bisik Nia agak gugup.
“Ia… Nia sama-sama”. Balas Fitri. Nia segera bergegas menuju ke dalam kamar dengan di iringi sedikit senyum di wajah cantiknya. Setibanya di kamar, perlahan Nia membuka lipatan surat dari kekasihnya tersebut.

To: kekasihku
Assalamualaikum  Wr. Wb.
Ku rangkai bait-bait kata, hanyalah demi kekasih ku. Walau sebenarnya diri ini bukanlah seorang pujangga yang pandai merangkai kata, yang bisa menghipnotis jiwa manusia tuk bertekuk lutut dihadapanku.  Tapi rindu ini membunuhku tuk menyusun kata demi kata. My darling… hati ini gelisah,  menahan rindu yang bergejolak, hasrat ingin bertemu menatap indah wajahmu. Tapi, itu tak mungkin karena aku tahu ini bukan tempatnya.
Ingin ku menangis, namun ku yakin isak tangisku ini hanyalah derita kecil. Ingin ku tersenyum namun ku yakin, mereka akan menganggapku majnun. Ingin ku berteriak namun, apa kata dunia? Mereka pasti akan menertawakan tingkahku yang begitu norak. Ingin ku mengeluh…Namun ku yakin mereka takkan pernah mengerti dan memahami akan derita ini. Ingin ku mengadu…tapi, rasa malu ini selalu datang menghapiriku setiap waktu.
Kenapa rasa ini begitu menyiksa? Mengapa harus cinta? Meskipun indah terasa, padahal aku tahu cinta bukanlah buah surga dan racun yang mematikan. Ku harap kau juga merasakan apa yang aku rasakan  saat ini,  tapi aku juga berharap kalau konsertrasi belajarmu juga tetap menggebu laksana gejolak rinduku padamu. Nia sayang… mungkin cukup sampai disi jeritan hatiku. Semoga adanya kertas yang tak berbaju ini mampu mengobati rasa rinduku yang begitu mendalam padamu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ttd
   Pujaan Hatimu

Selesai membaca surat dari Rama, Nia pun terdiam mengingat kembali isi surat dari Rama yang baru saja selesai dibaca. Hari berganti hari bulan berganti bulan bahkan tahun berganti tahun. Hubungan cinta Rama dan Nia berjalan dengan baik-baik saja. Angin bertiup kencang, matahari tak mampu lagi tuk bersinar karena tertutup awan hitam kelabu. Menjadikan suasana semakin hening ditambah lagi kegiatan Pondok sedang kosong karena jam istrahat para santri, baik itu putra maupun putri. Rama duduk termenung diteras kamarnya. Tiba-tiba seorang teman menghampirinya sambil lalu menepuk pundak Rama. Hai Bro… lho menyendiri di sini, mikirin apaan sich, lho punya masalah ya?” pertanyaan terlontar dari mulut Rian.
“Ah.. lho ada-ada aja! gue gak kenapa-kenapa, gue cuman lagi pengin sendiri aja”. Jawab Rama.
“ Syukurlah kalau lho gak ada masalah. Tapi gue disini gak ngeganggu acara lamunan lho kan?” Ucap Rian.
“Ya… gak lah, malah gue seneng lho mau nemenin gue”. Sahut Rama.
“Hem.. ya udah kalau gitu, Gue pengin curhat ama lho Ram. Bolehkan..?”
 “Boleh-boleh aja. Emangnya lho mau curhat tentang apa..?” Rama balik nanya.
“Tapi sebelum gue curhat, gue pengin nanyain sesuatu ama lho, lanjutnya. Menurut lho apa sich hakikat cinta yang sesungguhnya dan sedalam mana lho menilai cinta, selama lho merasakan dan mengenal yang namanya cinta”.
“ Menurut gue… haikikat cinta adalah….. cinta itu fitrah, cinta bukanlah mimpi yang datang saat tidur dan pergi kala bangun... tapi cinta itu adalah harapan yang lahir dari hati... tumbuh dalam jiwa, bersemi dalam kalbu dan menjelma kasih sayang yang tulus dan abadi, karena cinta itu anugrah dari yang maha kuasa yang harus kita jaga”.
“Apa aku bersalah bila aku mencintai orang yang belum tentu mencintaiku?” tanya Rian memotong pembicaraan Rama.
“Cinta tak pernah salah, bersyukurlah kau masih bisa mencintai seseorang, meskipun orang tersebut belum tentu mencintamu. Yang penting saat ini lho mencintainya dengan tulus serta berusaha mendapatkan cinta sejatinya. Ingat Rian, jangan pernah merasa bersalah karena telah mencintainya. Hakikatnya, cinta itu tak pernah salah, hanya saja kadang sang pencintanya yang salah mengartikan dan mem-posisi-kan cinta pada tempatnya. Hingga mereka mempunyai penilaian yang berbeda-beda mengenai cinta itu sendiri. Sedikit saran dariku untukmu, sebelum kau melangkah menuju dermaga cinta, iringilah langkahmu dengan do’a dan usaha. Dan jika nantinya kau membangun mahligai cinta, maka bangunlah dengan ketulusan dan keikhlasan di hatimu menuju ridlho Ilahi Rabby. Jangan pernah sedikitpun kau nodai cintamu dengan hawa nafsu dan birahi yang akan mendorongmu kejalan maksiat. Ingatlah.. Rian..!! cinta sejati itu ada. Laksana sejatinya cinta nabi Adam dan Bunda Hawa. Kamu harus tau itu.”
“ Makasih ya Ram.. gue akan selalu mengingat pesan bijakmu. Sekali lagi makasih  ya Ram.. gue akan menyimpan semua motivasi positif yang telah lho tuangkan padaku di memory ingatanku. Semoga ini menjadi awal yang indah menuju cinta yang sempurna.”
Allahu Akbar….. Allahu Akbar….Suara adzan dhuhur terdengar syahdu dari musholla mengiang di telinga menyentuh kalbu, menggerakkan bibir tuk menyebut namanya.
“Astaghfirullah!!, udah waktunya shalat Dhuhur Rian”. Ucap Rama.
“Ya udah curhatnya kita lanjutin kapan-kapan aja, Soalnya gue belum wudlu’. Gue cabut dulu ya. Rian hanya menganguk.” pada Rama.
Seminggu kemudian Rian menghapiri Rama yang sedang asyik menyantap hidangan di sebuah kantin pondok, selesai makan Rian tak segan-segan memulai pembicaraan yang sempat bersambung di episode minggu yang lalu.
“Hari ini kan hari jum’at, sekolah libur, otomatis kita nyantai seharian. Tapi yang mau gue tanyain sore ini, lho ada aktivitas ga’?”
“Hem… kayaknya ga’ ada dech. Emang ada apaan?” Rama balik nanya.
“Lho bisa ga’ ikut gue manggil gadis yang pernah gue ceritain ke lho kemarin. Untuk surat izinnya gue udah beli dan dapat tanda tangan resmi dari Kapdar. Gue yakin lho ngga’ bakalan nolak ajakan gue, please!! ya Ram, bantu gue mendapatkan cinta pertama gue kali ini aja…” Rian memohon pada Rama.
“oke. Ucap Rama. “Makasih ya Ram”. Ucap Rian. Ya dah…kita ke balai pemanggilan putri, sekarang”. Ajak Rian menarik tangan Rama.
“Oups… sabar dulu gue masih mau nganterin catatan penting Dosen ke kantor dulu, lho duluan aja entar gue nyusul”. Jelas Rama. “Oke! Kalau gitu gue cabut dulu. Lho harus nyusul dan bantu gue. Ia.. ia gue janji”. Sahut Rama.
 Rian pun menghilang dari hadapan Rama menuju balai pemanggilan putri. Surat izin diserahkan pada petugas “Contek” terdengar di setiap asrama dari arah sound yang berjejeran di sebuah panggilan “Nia Mery Rezkia dari Surabaya Asrama al-Muhabbah di tunggu kakaknya di kantor pemanggilan”. Sejenak asrama al-Muhabbah mulai rame oleh suara mbak-mbak yang saling membeiri tahu tentang panggilan itu.
“Nia… lho dipanggil”. Ucap Fitri memberi tahu. Paling-paling kakak lho Rendi pulang dari Surabaya. Oh ya, salam ya buat Rendi. Kata Fitri.
“Oky! Tenang aja Fit, salam lho bakalan gue sampaikan pada kak.” Kata Nia. Nia terlihat sangat manis. Nia pun segera turun dengan senyum bahagia di wajahnya yang cantik. Tiba di balai pemanggilan Nia kebingungan mencari siapa sebenarnya orang yang telah memanggilnya.
“Mbak, sini mbak…!” Panggil petugas contek.
“Ia ada apa mbak”. Nia menghadap.
“jangan lama-lama 10 menit, dan itu laki-laki yang manggil kamu. Ucap petugas contek., membuat Nia tertunduk malu. Dengan langkah berat hati, Nia menghampiri Rian yang sedari tadi memperhatikan Nia. Namun Nia duduk di depannya yang sangat tidak mungkin, tapi demi menghargai dan menjaga perasaan Rian akhirnya dengan sangat terpaksa Nia duduk di depan Rian.
“Sebelumnya maaf kalau kedatanganku kesini mengganggu aktivitasmu. Oh ya gimana kabarmu?” Percakapanpun dimulai oleh Rian. “Alhamdulillah seperti yang kamu lihat”. Jawab Nia dengan wajah tertunduk.
“Nia sebelumnya maaf, gue kesini pengen ngomongin pribadiku, mungkin ini tak begitu penting dan hanya membuang waktu bagimu, mendengarkan apa yang akan gue sampaikan ke lho. Tap bagiku ini sangatlah penting untuk kuucapkan, karena kalau tidak, mungkin perasaanku akan tersiksa. Jadi sebelum terlambat gue pengin ngungkapin semuanya padamu. Jujur sebelumnya gue udah minta pendapat pada sebagian teman-temanku mengenai hal ini. Dan ternyata mereka mendukung dan memberi motivasi positif pada gue. Nia udah lama aku pengin ngungkapin perasaanku padamu, bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu.” Ungkapan itu membuat hati Nia terkejut. Suasana di antara keduanya mulai hening, yang ada hanyalah desiran nafas Rian dan Nia.
“Nia.. kenapa lho diam. Lho bisa kan, ngasih jawaban atas apa yang telah gue ungkapkan?” Bisik Rian.
“Tapi… gue?” ucap Nia.
 “Gue ngerti lho butuh waktu untuk berpikir menjawab semua ini. Baiklah terserah lho, gue  akan ngasih waktu untuk lho, agar lho berpikir tentang semua ini. Tapi sampai kapanpun aku tetap menunggu jawaban lho”. Ucap Rian.
“Rian… sebenarnya gue…”
“Eh tuch dia teman gue udah datang.” Putus Rian. Nia hanya terdiam tertunduk menahan linangan air mata. Posisi Nia yang membelakangi pintu Pemanggilan membuatnya tidak melihat siapa yang telah datang.
“Sini duduk kata Rian mempersilahkan Rama. Rama pun duduk di samping Rian. pandangannyapun mulai tertuju pada Nia. Karena rasa penasarannya, Nia pun mengangkat kepalanya merasakan ada teman Rian duduk di depannya. Kedua insan itu terkejut melihat kenyataan yang telah terjadi pada diri mereka, hati Rama teriris luka laksana pedang menusuk di hatinya, setelah mengetahi bahwa orang yang Rian ceritakan adalah kekasihnya sendiri. Nia pun segera menunduk kembali, menahan air mata yang hampir mengalir menghiasi wajah sedihnya. Rama tercengang, namun ia berusaha tersenyum di hadapan Rian. Memerankan perannya dalam sebuah kisah cinta segi tiga yang mana sandiwara ini hanya diketahui oleh Nia seorang.
“Lho ko’ pada diem, ini kenalin teman baik gue Rama, dan ini Nia, gadis yang pernah gue certain ama lho. Gimana cantik kan? “tanya Rian.
“Cantik…. Ri, kau tak salah memilih gadis secantik dia. Gue mendukung kalian berdua. Karena kebahagiaan sahabatku adalah kebahagiaan gue juga. Selamat ya Ri, semoga  kalian bukan hanya menjadi sepasang kekasih, tapi juga menjadi sepasang suami istri. Kata-kata itu keluar begitu saja tanpa Rama sadari. Dan buat lho mbak Nia …. Jagalah Rian sahabat gue, bahagiakan Rian, karena hanya mbak yang bisa membahagiakan hatinya. Karena mbak lah cinta pertama dan trahir Rian. Mendengar kata-kata Rama. Nia hanya bisa diam tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kini air matapun sudah tidak terbendung lagi. Batinnya menangis memberontak, namun tak ada satu orangpun yang mendengarnya. “Ya udah gue dan Rama balik ke pondok putra, soalnya sebentar lagi mau melaksanakan sholat Jum’at, makasih ya Nia atas waktunya. Kutunggu jawabanmu.” Ucap Rian penuh bahagia. Setelah sholat Jum’at  selesai,  Nia terburu-buru pergi kebawah untuk menunggu Rama dan Rian di pintu gerbang dan menjelaskan tentang hubungan mereka  bertiga. ketepatan pada saat itu Rama dan Rian pulang bersama dari masjid agung, Nia pun langsung memanggil dan mempersilahkan duduk dihadapannya. Rian sebenarnya aku sudah mempunyai sandaran hati mulai dulu, aku sudah berjanji sehidup dan semati di dunia dan akhirat bersamanya. Kalau boleh tahu siapa laki-laki yang menjadi pemuja rahasia hatimu? Nia langsung menarik nafas satu demi satu seraya berkata dia adalah sahabat karibmu yakni Rama. Mendengar perkataan dan ketulusan Nia tuk mencinta Rama, Rian langsung tersenyum dan banggga punya temen yang menahan cintanya demi kebahagiannya.  Sekarang aku bersumpah kepada sang pencipta petala tujuh langit yang menciptkan cintaa . aku akan menjadi orang yang pertama pendukung bagi cinta kalain berdua sampai kejenjang mahlegai pernikahan.Ucap Rian sambil meneteskan air mata. Trimaksih sahabat karena kau telah mengerti dengan keadaaku yang sekarang ini. Timpal Rama dengan rasa penuh kasih sayang.  
                                                                                                           
                                                                                                            By: M. S. @rifin C07
                                                                                                                   Wadik’s Putra